Lihat ke Halaman Asli

kembali kita harus merawat cara berpikir

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_105334" align="aligncenter" width="300" caption="minum puisi(doc,LENSAKIRI)"][/caption] kita terikat janji-janji palsu kesepakatan-kesepakatan semu kita juga memakai sudut pandang untuk mengaitngaitkan hal-hal bodoh menjadi sesuatu yang luarbiasa pada suatu hari kita (tak perlu menyebutkan kau dan aku) pura-pura sedih dengan airmata imitasi kita memalsukan sejumlah riwayat menjadi puisi panjang puisi yang ditolak di sejumlah koran namun, ingatkah kau pada sejumlah rintik hujan? dengan ekornya yang menjuntai dari langit di ubun-ubun kepalamu kau bilang ia timpakan luka di dadamu kau katakan ada sejumlah sesak yang enggan melega di dalam kenangan aku tak seberapa faham sejauh mana kau bisa menandai tanggal merah sebab almanak buram sudah kau berkali-kali lunglai dengan alasan ini itu, kau berat-beratkan kecewa ah kenapa selalu menyalahkan ruang pengab kenapa selalu mempertanyakan riwayat bila dalam asmara yang kau jalani sehari-hari luput kau imani sesuatu yang suci lagi-lagi obatnya mesti puisi? terserah bijaksana hanya soal instan ketika dua orang bodoh saling serang yang ketiga tinggal mendamaikan bijak itu hal sepele orang-orang mendadak berubah menghayati sengsara agar dapat menelurkan kata-kata mutiara maka kembalikan riwayat pada tempat semula puisikan segala sesuatu jika keadaan sudah terdesak aku yakin kelak kau dapat menertawainya terbahak-bahak 03.00.WIB. bivak emperom




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline