Saya kembali teringat dengan lagu yang dinyanyikan oleh mendiang Kris Biantoro, ketika nama Juwita disebut. Beberapa orang tua menjadikan lagu tersebut inspirasi nama anak mereka, tapi itu dulu.. Anak sekarang mana ada yang tahu lagu itu. Apakah nama Juwita yang melekat pada Miago Pangsit Juwita juga terinspirasi dari lagu tersebut?
Miago Pangsit Juwita cukup terkenal di Jogja, yang bisa ditemukan di dua tempat yaitu di daerah dekat Stadion Maguwoharjo dan di dekat Stadion Mandala Krida. Yang saya kunjungi bersama teman Kompasianer Jogja adalah warung di dekat Stadion Mandala Krida, tepatnya di Jalan Langensari 41, Klitren Yogyakarta.
Juwita di belakang nama Miago Pangsit ternyata nama salah satu pemilik outlet ini. Tapi saya belum tahu apakah nama Juwita terinspirasi dari lagu nostalgia, karena beliau tidak berada di tempat ketika kami ke sana, sehingga tidak bisa bertanya langsung. Dari tadi saya menyebut miago tapi belum menjelaskannya, miago merupakan singkatan dari mie ayam goreng.
Rabu siang (15/3/2017) kami disambut Mas Agus pengelola warung Miago Pangsit Juwita Klitren. Suasana outlet masih sepi karena jam makan siang baru tiba, saya jadi leluasa memperhatikan sekeliling. Miago Pangsit Juwita tepat di depan Masjid Langensari dan di sebelah timur toko buku. Parkir motor jadi satu dengan toko buku, sedangkan mobil parkir di tepi jalan searah Langensari. Bagi yang belum tahu, Klitren adalah nama kelurahan di Kecamatan Gondokusuman Kota Jogja. Biasanya disebut untuk mempermudah pencarian alamat.
Outletnya cukup kecil, sekitar 3 x 6 meter ditambah bagian dalam 1,5 x 3 meter. Meja makan 0,5 x 1 meter berjajar dengan kursi kayu untuk tiap pengunjung.
“Mbak Juwita membuat mie ayam dikemas dalam rasa dan format baru, setiap porsi dibuat sendiri-sendiri sehingga beda bumbunya,” tutur Mas Agus kepada kami.
Yang jadi pembeda Miago Pangsit Juwita dengan mie lainnya adalah pangsit berbentuk mangkok sebagai tempat miago yang tentu saja bisa dimakan. Pangsitnya beraneka warna sesuai campuran bahan bakunya. Pangsit bayam berwarna hijau, pangsit strawberry berwarna jambon, pangsit cokelat berwarna cokelat, dan tentu saja ada pangsit original.
Level pedasnya bisa disesuaikan dengan permintaan pengunjung dari level 1 – 13. Saya hanya pesan level 3, mengingat umur saya tidak muda lagi. Dan benar, setelah saya coba level 3 sudah cukup pedas bagi saya. Biji cabainya terlihat melekat pada miago, sehingga benar-benar pedas. Saya langsung membayangkan level 13, biji cabainya pasti banyak sekali.
Lihat menu yang terpampang di buku menu, ada beberapa miago yang patut dicoba. Paling mudah mengingat menu adalah dengan nama miago + pangsit + bahan pewarna pangsit + toping. Seperti yang sudah saya sampaikan, bahan pangsit ada bayam, strawberry, cokelat, dan original. Sedangkan topingnya bisa ceker, bakso, jagung, atau original. Jadi miago yang saya pesan kemarin adalah miago + pangsit + original + bakso = miago pangsit bakso.
Masih menurut penuturan Mas Agus, Miago Pangsit Juwita melakukan inovasi tidak hanya menu miago. Beberapa menu baru sudah dapat dipesan seperti mie nyemek yang terbuat dari mie instan merk terkenal, nasi goreng, dan yang membuat penasaran adalah burger tahu!
Ketika para Kompasianer Jogja pesan miago, saya pesan Siomay Pelangi yang relatif baru mendampingi menu miago. Penyajiannya pun lebih cepat dari miago karena tinggal digoreng atau dikukus, tidak seribet membuat mie.