Yogyakarta atau biasa disingkat dengan Jogja sejak dulu dikenal sebagai kota pelajar. Para orang tua dari Sabang sampai Merauke mengirimkan anaknya untuk menuntut ilmu di kota kecil ini. Dari sini muncul julukan lain Jogja sebagai miniaturnya Indonesia, karena hampir semua suku, ras, dan kebudayaan dari penjuru Indonesia dapat kita temukan di Jogja.
Jogja juga terkenal dengan kota wisata, dengan obyek wisata heritage dan pantai selatan yang indah. Karena itulah banyak wisatawan lokal dan manca negara berkunjung ke Jogja.
Keanekaragaman Jogja ikut memacu sektor kuliner. Berbagai macam menu nusantara bisa kita nikmati, demikian pula dengan menu manca negara. Begitu banyaknya restoran dan cafe yang menyediakan menu dari penjuru dunia kadang membuat bingung, mana yang cocok di lidah orang Indonesia. Apalagi tidak sedikit kandungan makanan manca negara yang mengandung babi.
Di sisi lain, saat ini masyarakat mulai “back to nature”; kembali ke alam. Orang mulai tertarik menggunakan bahan alami terutama pada bahan makanan, sebisa mungkin menghindari penggunaan zat yang membahayakan tubuh. MSG (Mono Sodium Glutamat) adalah salah satu bahan yang memberi efek buruk bagi kesehatan manusia. Pengalaman pribadi, pemakaian MSG dalam takaran banyak menyebabkan sakit tenggorokan dan jantung.
Salah satu restoran di Kota Jogja melihat peluang tersebut dengan mengusung tema. No Pork No MSG.
No Pork No MSG
Sultan Agung Cuisines Resto and Cafe menyajikan menu masakan Indonesia, Chinese, dan Western; dengan jaminan semua masakan no pork no MSG.
Mengkonsumsi pork (babi), menurut beberapa artikel menyebabkan gangguan kesehatan dan perilaku, apalagi babi termasuk binatang haram [baca liputan6.com].
Saya sempat bertanya kepada pramusaji di restoran ini, apakah masakan di sini menggunakan ciu atau arak? Mereka menjawab tidak memakai bahan tersebut. Sultan Agung Cuisines belum memiliki sertifikat Halal BPOM MUI, sebagaimana restoran besar lain atau restoran-restoran yang berada di pusat perbelanjaan.
Memang, tanpa MSG masakan jadi kurang mantab dan “nendang”. Padahal dengan kekayaan rempah di Indonesia, tanpa MSG mestinya masakan tetap mantab dan “nendang”.
Letak
Sultan Agung Cuisines berada di Jalan Sultan Agung 24 Yogyakarta [Lihat lokasi di Google Map ini], hanya berjarak 200 meter dari Pura Pakualaman dan 1 kilometer dari Kilometer Nol Yogyakarta. Restoran ini belum muncul di Google Street View 2016 karena baru dibuka pada 6 Maret 2016.
Letak restoran yang strategis menjadikannya destinasi wisata kuliner wisatawan, disamping warga jogja yang mencari menu dan suasana berbeda dari makan di rumah sendiri.