Lihat ke Halaman Asli

Laila Nur Fitria

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Yuk Ketahui dan Tanamkan Pentingnya Pendidikan Seksualitas Pada Anak Sedari Usia Dini!

Diperbarui: 2 November 2022   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi Kesetaraan Gender | Sumber :id.pngtree.com

"Pendidikan seks dapat dikatakan sangat  penting untuk di tanamkan pengetahuan pada anak sejak dini. Terdapat  beragam alasan serta tujuan mengapa pendidikan seks itu penting, yakni bertujuan mengajarkan anak sedari dini mengenai organ kesehatan reproduksi, agar anak tidak terkejut saat memasuki usia pubertas, menjaga serta mencegah terjadinya penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, dan mencegah seks/kehamilan diluar nikah."             

Halo guys! Bagaimana kabar kalian? semoga semuanya selalu dalam kesehatan dan lindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Artikel pada kali ini kita akan membahas suatu tema yang sangat menarik serta krusial untuk dibicarakan lebih lanjut. Nah, pembahasan kali ini kita akan mengulas mengenai seksualitas. Mungkin dari kebanyakan orang berpikir mengapa masih anak masih dalam usia dini sudah harus mempelajari pendidikan seksualitas. Ada pula yang mungkin memiliki opini bahwa anak usia dini dikatakan masih awam atau belum terlalu paham apabila dijelaskan masalah seksualitas atau gender. Namun ada banyak hal yang sangat penting sehingga kita harus menanamkan pendidikan seksualitas serta gender pada anak. Sesuai apa yang disampaikan di awal bahwa masalah pendidikan seksualitas ini adalah suatu hal yang sangat krusial.

Semakin maraknya/ dapat dikatakan darurat kasus pelecehan seksual dan kita amati pada negara kita sendiri yakni Indonesia. Jika kita melihat berita kasus pelecehan seksual di televisi seperti pencabulan yang dilakukan oleh ayah tiri kepada anak perempuannya, dosen pada mahasiswinya, dan masih banyak lainnya. Angka kekerasan seksual yang cukup tinggi di Indonesia membuat kita harus semakin mengenalkan anak mengenai seks. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat serta melaporkan, setidaknya terdapat kurang lebih sekitar 797 anak yang menjadi korban kekerasan seksual sepanjang Januari 2022. Jumlah tersebut setara dengan 9,13 persen dari total anak korban kekerasan seksual pada tahun 2021 lalu. 

Kekerasan merupakan suatu perbuatan yang dapat melukai baik secara fisik maupun psikisnya. Kekerasan seksual biasanya dilakukan oleh predator yakni orang dewasa pada anak- anak usia dini, anak akan cenderung masih belum mengerti dan tidak memiliki pilihan sehingga mereka tidak akan tahu apa yang dilakukan pelaku. Sebelumnya yuk ketahui perbedaan ketiga istilah penting dalam seksualitas.

Apa Perbedaan Antara Sex, Gender, Serta Sexuality Itu?

Sebelum kita mempelajari lebih jauh, kita harus memahami serta menyamakan persepsi tentang perbedaan pengertian dari sex, gender serta sexuality. Pengertian sex dan gender banyak yang menganggap memiliki kesamaan dalam pengertian, namun padahal sebenarnya keduanya berbeda. Sex/ jenis kelamin dapat diartikan sebagai perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki. Nah, kita dapat melihat perbedaan tersebut secara fisik dalam hal ini perbedaan genetik serta alat kelamin. Dalam ilmu kesehatan apabila seseorang yang memiliki jumlah vagina sebanyak 46 kromosom XX maka akan berjenis kelamin perempuan, sedangkan jumlah 46 kromosom XY akan membentuk jenis kelamin laki-laki.

Sedangkan Gender Menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu sifat yang ada pada perempuan dan laki-laki, yakni seperti norma, peran, serta hubungan antara kelompok pria dan wanita yang dikonstruksikan secara sosial. Kita dapat menyimpulkan bahwa gender adalah suatu hal yang merujuk pada peran sosial dan budaya dari perempuan dan laki-laki dalam masyarakat sosial tertentu. Kemudian terdapat istilah sexuality, yang berarti suatu orientasi/ dapat dikatakan ketertarikan secara seksual, emosional, serta jenis kelamin kepada oranglainnya. Nah, pada umumnya dapat kita ketahui juga bahwa seseorang akan menemukan orientasi seksualnya pada saat remaja atau sudah memasuki usia dewasa. Selain itu pula, orientasi seksual bisa saja muncul tanpa ada pengalaman seksual sebelumnya. Setidaknya terdapat 16 tipe sexuality yang dapat dipelajari agar mampu serta dapat membedakannya.

Selain itu pula terdapat banyak faktor mempengaruhi sexuality dan gender itu sendiri. Apa sajakah faktor tersebut? Pertama yakni faktor sex kromosom yang sangat menentukan jenis kelaminnya yang nantinya berjenis kelamin perempuan/ laki-laki, kemudian hormon juga sangat mempengaruhi seseorang (contohnya seperti hormon estrogen pada saat perempuan haid sehingga emosinya akan berubah serta naik turun), kemudian prenatal and neonatal, social environment, self- social serta trauma masa lalu yang dihadapi seseorang hingga ia mengalami trauma yang berat yang juga sangat memberikan pengaruh terhadap gender serta seksualitas.

Kemudian terdapat istilah identitas gender merupakan kesadaran atau keyakinan yang ada pada dirinya sendiri baik secara (fisik, sosial, dan budaya) dalam kodratnya sebagai perempuan ataupun laki-laki. Dalam hal ini pula identitas gender sangat terlihat pada perbedaan psikologis dan perilaku antara pria dan wanita. Jadi apabila pada anak usia ini, peran orang dewasa disekitarnya yakni guru atau orangtua harus menanamkan sikap/ identitas anak yang miliki, kualitas serta apa yang sudah ada pada dirinya. Selain itu pula, anak perlu diajarkan mengenai jati diri, identitas sebagai laki-laki/ perempuan sehingga anak akan mampu menentukan apapun sesuai dengan identitas dan kodratnya.  Sebagaimana kita ketahui pentingnya identitas gender  untuk ditanamkan serta diajarkan pada anak. Karena jika sedari dini anak sudah dapat memahami serta memiliki identitas gender yang sudah ada, maka anak akan mengetahui batasan-batasan serta tuntunan adab dan lain sebagainya.

Lalu, Bagaimana Perkembangan Gender itu Sendiri?

Pada dasarnya terdapat perkembangan gender pada anak itu sendiri. Artinya kita juga harus mengamati serta menganalisis perkembangannya agar kita mampu mendalami serta memberikan stimulus perkembangan yang sesuai dengan anak. Menurut Piaget dalam pemilihan serta pengembangan identitas gender harus memperhatikan anak dan interaksi sosial dari anak tersebut. Hal ini dapat kita amati dari lingkungan sekitar kita, biasanya kalau anak perempuan bermain dengan temannya hanya dalam bentuk kelompok kecil atau berpasangan pada teman sebaya, namun berbeda dengan anak laki-laki yang bermainnya dengan jumlah kelompok yang besar serta bersama-sama. Selain itu pula, pada usia 5 tahun keatas, nantinya anak akan cenderung memiliki pemikiran yakni bermain sesuai dengan mainan "Khusus gendernya" hal tersebutlah yang membuat anak bermain secara terpisah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline