Lihat ke Halaman Asli

Laila Nur Fitria

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Tau Nggak Sih Kalian? Ada Hal yang Menarik Loh tentang Sosial Emosional Manusia terutama pada Anak Usia Dini, Yuk Cari Tau!

Diperbarui: 2 November 2022   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gambar Anak yang sedang Emosi marah. | Sumber:Psikologi Multitalent.com                      

Hai Semuanya, kembali lagi alhamdulillah kita masih terus dapat berjumpa untuk bersama-sama belajar dan semoga kalian dalam keadaan sehat yaa.  Untuk memulai pembahasan kita pada artikel pertama kali ini, kita belajar mengenai sosial emosional manusia sangatlah menarik serta luas dalam konteks pembahasannya. Mengapa demikian, karena tanpa kita sadari emosional atau kata "Emosi" sering disalahartikan oleh banyak kalangan masyarakat pada umumnya. Kebanyakan orang sering mengekspresikan emosi hanya sebagai ungkapan marah saja, sedangkan jika kita pelajari secara lanjut ungkapan emosi memiliki ragam yang luas. Seperti halnya emosi itu diluapkan lewat rasa bahagia/ senang, sedih, kecewa, marah, bingung ataupun perasaan yang lainnya. Menurut seorang ahli psikolog Paul Ekman, ia menyatakan bahwa manusia memiliki 6 emosi dasar, yaitu terkejut, takut, marah, senang, jijik, dan sedih.

Apa Sih Emosi itu yang ada pada pikiran kalian?

Emosi dalam psikologi dapat diartikan merupakan suatu pola reaksi kompleks yang artinya melibatkan pengalaman, perilaku, dan fisiologis, yang digunakan dalam menangani atau mengatasi suatu permasalahan atau peristiwa penting yang dialami individu.[1]

Jadi, jika kita mengambil kesimpulan emosi adalah suatu respons kita terhadap kejadian yang sedang menimpa atau sedang kita lakukan. Sebagai contoh, misalnya ketika mendapatkan suatu kabar gembira. Maka respons kita akan memiliki rasa atau perasaan yang sangat senang ketika mendapatkan kabar tersebut. Segala sesuatu yang dapat membuat kita merespon secara cepat itulah yang dikatakan dengan 'emosional'.

Nah, kali ini kita akan membahas mengenai emosional yang terbentuk pada anak usia dini. Anak usia dini merupakan usia keemasan dalam masa pertumbuhan serta perkembangannya. Disebut dengan masa emas karena usia tersebut anak sangat cepat dalam menangkap seluruh stimulus yang

diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Jika dibaratkan anak usia dini seperti halnya kertas putih yang sangat bersih yang belum terisi dengan apapun.[2] Anak juga merupakan anugerah yang sangat besar yang dititipkan oleh Maha Kuasa yang diberikan untuk dijaga, dirawat, serta dibimbing dengan penuh cinta dan kasih sayang orangtuanya.

Anak usia dini adalah peniru yang ulung. Kenapa bisa dikatakan demikian? karena anak usia dini sangat cepat dalam menangkap serta merespons dengan meniru apa yang ia lihat, apa yang didengar dari lingkungan sekitarnya. Jadi, jika anak tumbuh dan berkembang di lingkungan yang baik maka anak akan berkembang secara baik, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, kita sebagai orangtua ataupun orag yang ada disekitarnya harus memberikan contoh/ tauladan yang baik agar anak juga meniru suatu hal yang baik bukan yang buruk.

Oleh karena itu, Yuk kita cari tahu bagaimana sih perkembangan emosional pada anak usia dini, serta apa cakupan dan faktor yang mempengaruhinya???

Perkembangan yang terjadi pada anak dimulai sejak lahir hingga usia 5 tahun, yang dimana memungkinkan anak memiliki hubungan atau saling berinteraksi dengan oranglain serta hubungan yang baik dengan orang dewasa maupun teman sebayanya. Selain itu, mampu dalam mengekspresikan emosi dengan cara yang tepat, dan menjadi mandiri serta nyaman untuk dapat menyelidiki lingkungannya. Menurut Hurlock (1978:250) ia mengatakan bahwa perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau berperilaku dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat yang sesuai dengan tuntunan sosial. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. kemampuan sosial anak dapat diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, ketika anak sudah mampu mengenal lingkungannya.[3]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline