Kebahagiaan ialah suatu ekspresi atau ungkapan rasa senang atas hal yang terjadi. Kebahagiaan adalah suatu hal yang relatif. Tak ada yang bisa mengukur kebahagiaan itu. Bagi orang yang serba ada, mereka akan bahagia apabila senantiasa memiliki kekayaan yang cukup untuk hidupnya. Sedangkan bagi beberapa orang, terkadang bisa makan saja sudah membuatnya bahagia. Sebuah esensi kebahagiaan tidak hanya diungkapkan lewat kata semata, namun dapat direalisasikan dalam bentuk tindakan dan reaksi yang diberikan atas tindakan yang telah dilakukan.
Sebagai umat beragama Hindu, percaya dengan adanya karma baik dan karma buruk merupakan suatu hal yang dapat direnungi Bersama. Perbuatan baik maupun buruk yang kita terima saat ini, percaya tidak percaya itu adalah buah karma yang sedang kita nikmati di masa kini. Terlahir sebagai manusia adalah anugerah yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebab manusia adalah makhluk yang paling sempurna disertakan dengan pikiran yang dapat berpikir apa yang harus dilakukan guna mencapai kebahagiaan yang abadi ialah Surga.
"Iyam hi yonih prathama yam prapya jagatipat, atmanam cakyate tratum karmabhih cubhalaksanaih"
(Sarasamuscaya, Sloka 4)
Apan iking dadi wwang, uttama juga ya, nimittaning mangkana, wenang ya tunulung awaknya sangkeng sangsara, makasadhanang cubhakarma, hinganing kottamaning dadi wwang ika
Artinya :
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama sebagaimana demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.
Makna dari sloka tersebut ialah dilahirkan ke dunia menjadi manusia adalah anugerah yang Tuhan berikan dalam menjembatani kita untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang tersisa di kehidupan lalu melalui perbuatan baik yang kita dilakukan saat kita terlahir menjadi manusia. Maka dari itu, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang telah Tuhan berikan kepada kita semua. Gunakan lah kesempatan itu dengan sebaik-baiknya dengan jalan berbuat yang baik dan benar, menjauhi ajaran Adharma, selalu taat akan kewajiban dalam menjalankan ajaran Dharma sebagai wujud umat yang patuh dengan kewajiban kita.
Walaupun dengan perkembangan yang pesat, manusia kadang terbutakan dengan hal-hal duniawi yang mengikat mereka dalam Awidya (kegelapan). Apabila telah terikat dengan sifat keduniawian, sulit untuk berbuat baik karena pikiran sudah terpengaruh untuk berfoya-foya menikmati dunia dengan jalan yang tidak benar. Menghindari hal tersebut, manusia sendirilah sebagai supir yang akan menentukan dirinya sendiri kemana tujuan yang akan dicapai dan melalui jalan apa mencapai tujuan tersebut. Apabila seorang manusia ingin mencapai surga, ia harus menempuh perjalanan dengan berbuat baik dan menghindari perbuatan yang menentang ajaran agama. Namun ketika manusia itu tidak memiliki tujuan yang jelas kemana arah yang akan dicapai, maka di tengah-tengah perjalanan hidupnya pasti akan selalu ada hambatan-hambatan yang menimpanya.
"Sopanabhutan svargasya manusyam prapya durlabham, tathatmanam samadayad dhvamseta na punaryatha"