Lihat ke Halaman Asli

Analisa Permasalahan "Ternak Ikan Menggunakan Bioflok" di Tengah Pandemi Covid-19

Diperbarui: 10 September 2021   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisa Permasalahan "Ternak Ikan Menggunakan Bioflok" di Tengah Pandemi Covid-19

Alfaina Dica Putri Kumala

210503110099

Perbankan Syariah

Analisa Permasalahan "Ternak Ikan Menggunakan Bioflok" di Tengah Pandemi Covid-19

Analisa Permasalahan "Ternak Ikan Menggunakan Bioflok" di Tengah Pandemi Covid-19

            Kita ketahui bahwa masa pandemi ini tidak mudah bagi kebanyakan orang. Pandemi ini berpengaruh besar pada masyarakat, terutama pegawai-pegawai yang hanya bergantung pada pekerjaan tersebut. Banyak orang yang kehilangan pekerjaannya. Bukan hanya pada masyarakatnya tapi, berdampak juga pada negri ini. Pasalnya, negara Indonesia saat ini merupakan negara yang masih berkembang. Belum lagi diadakannya peraturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang disingkat sebagai PPKM.

            Salah satunya adalah usaha ternak ikan nila menggunakan bioflok. Bioflok adalah salah satu teknologi budaya ikan yang mengandalkan pasokan oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan ikan. Bagi sebagian orang, istilah bioflok masih belum terlalu familiar dibandingkan dengan teknik budidaya ikan nila lainnya. Usaha ternak ikan nila ini, termasuk usaha yang terkena dampak pandemi ini. Riset yang saya teliti ini, adalah riset yang berada di Kabupaten Blitar tepatnya di Kelurahan Nglegok, Kecamatan Nglegok. Daerah dengan suhu berkisar 20 derajat C sampai 31 derajat C. Tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas.

            Ikan nila adalah salah satu ikan yang mudah dibudidayakan serta ikan yang banyak digemari oleh masyarakat umum. Usaha ternak ikan nila yang digeluti Bapak Candra ini beliau mulai sejak November 2019. Latar belakang beliau menggeluti usaha ini tak lain adalah untuk menambah penghasilan keluarga. Awal memulai bisnis ini, beliau mengeluarkan modal kurang lebih 25 juta rupiah. Modal ini digunakan antara lain untuk membeli bahan-bahan untuk membuat kolam, membayar pekerja, membeli benih-benih ikan, membeli aerator, obat-obatan, membuat sumur dan pakan ikan itu sendiri. Alasan beliau menternakkan ikan nila ini dengan sistem bioflok adalah yang pertama, memaksimalkan lahan yang ada, kedua menghemat pakan ikan, ketiga lebih menghemat air, dan yang terkhir adalah produktifitas lebih tinggi.

            Kolam ikan ini buat dengan diameter berukuran 3 meter. Dan isi setiap kolam kurang lebih 1000 ekor  dengan ukuran setiap ekornya berkisar 4 - 4,5 cm.  Dalam setiap kolam dibedakan menurut waktu pemasukan benih kedalam kolam. Ikan dipanen ketika sudah memasuki usia antara 6 - 7 bulan. Dan harga jual sekarang sekitar Rp. 20.000 perkilogram dengan 4 - 5 ekor ikan nila. Pernah beliau memanen ikan hingga 1 kwintal. Karen pandemi ini, harga ikan nila turun jauh dari harga sebelum pandemi  Rp. 25 - 27 ribu perkilogramnya. Dan harga ikan nila selama pandemi ini menjadi Rp. 20 - 22 ribu perkilogramnya.

            Dalam menjalankan usaha ini beliau mengalami kendala-kendala antara lain yang pertama, kurangnya pengetahuan yang beliau ketahui tentang ternak ikan ini. Kedua, modal yang tidak sedikit untuk memulai usaha ini. Yang kita ketahui modal awal untuk membuka atau memulai bisnis ini membutuhkan biaya yang tidaklah sedikit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline