Membahas masalah gender memang tidak akan pernah surut untuk dikupas. Minat untuk mempelajari gender pun semakin berkembang pesat dalam dua dasawasa terakhir ini. Berbagai perspektif tentang gender pun muncul dan menciptakan diskursus yang terus bergulir sepanjang waktu. Gender memang telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial dan menjadi pokok bahasan dalam wacana perdebatan mengenai perubahan sosial serta menjadi topik penting dalam setiap perbincangan pembangunan. Bahkan merembet hingga berbagai ranah politik, sosial, budaya, ekonomi, agama bahkan sampai ke kancah kepemimpinan.
Isu gender ini merebak seiring dengan arus globalisasi informasi dan perubahan tatanan politik nasional pascareformasi. Nampaknya reformasi memang memberi ruang gerak lebih bebas dan leluasa bagi setiap orang untuk menyampaikan aspirasi dan pemikirannya, termasuk kaum perempuan.
RA kartini adalah simbol awal dari perjuangan emansipasi kaum wanita indonesa, terutama pada masyarakat jawa. Sekaligus pioner peradaban gender pertama di indonesia, begitulah penuturan Hasbi Indra dalam bukunya yang berjudul Potret Wanita Sholihah.
RAKartini merupakan potret pejuang gerakan emansipasi sejati demi peradaban bangsa yang ramah perempuan. Bagaimana tidak, perjuangannya yang tidak kenal lelah di tengah-tengah gempuran pertentangan dari keluarganya serta adat lama yang terkesan kolot, ia tetap kukuh mempertahankan prinsipnya memperjuangkan cita-citanya untuk mengubah nasib kaum perempuan di kemudian hari.
Namun demikian, kartini sejatinya bukan pejuang emansipasi semata. Selain memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan, wanita yang lahir 21 April 1879 ini juga memperjuangkan gerakan reformasi pemikiran. Betapa tidak, ketika teknologi informasi hanya berupa buku, majalah, kertas dan alat tulis, kartini yang masih sangat muda, yang waktu itu baru berusia 12 tahun berinisiatif untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan dengan surat-menyurat. Hal ini di lakukan kartini saat menjalani masa pingitan setelah kartini tamat bersekolah di sekolah kelas dua Belanda. Keluarganya tidak setuju dengan cita-cita kartini untuk memperjuangakan kesetaraan kaum perempuan.Dengan kegelisahannya yang memilukan, ia bergulat mencoba keluar dari pikiran dan tradisi feodal di sekitarnya.
Potret ini tentu sebuah loncatan baru bagi kartini agar masyarakat mampu menjadi kelas-kelas educated (terdidik). Upaya reformasi peradaban itu di lakukan kartini dengan cara yang cerdas. Kartini yang tidak bisa lagi bersekolah formal dengan cerdik melakukan otodidak yang sekarang lebih populer dengan sebutan “home schooling” melaui surat-menyurat yang ia lakukan dengan banyak orang dan teman-temannya yang bersekolah di Belanda dan negara bagian eropa lainnya. Negara yang kualitas pendidikannya dianggap sudah sangat maju pada waktu itu bahkan sampai sekarang.
Berkat iklannya di sebuah terbitan berkala di Belanda,”Hollandsche Lelie” dan kata-katanya yang berbunyi “Hidup ini akan indah dan berbahagia apabila dalam kegelapan kita melihat cahaya terang”, kartini mendapat sambutan luar biasa untuk berkorespondensi dengan para intelektual,guru,feminist,humanis,tokoh politik,pejabat pemerintah Belanda,anggota parlemen Belanda dan lain-lain.
Cita-cita luhur kartini untuk mengangkat derajat wanita Indonesia dalam bidang pendidikan akhirnya terjawab sudah. Berkat surat-surat ini, tahun 1903 didirikan sekolah kartini pertama di Semarang. Perjuangan R.A Kartini tidak serta merta didapat begitu saja,butuh proses dan perjalanan panjang dalam menapakinya. Dengan giat Kartini berusaha mengajarkan kaum perempuan membaca dan menulis agar perempuan dapat turut berperan serta memajukan bangsanya melalui ilmu dan pemikiran yang mereka miliki.Karena menurutnya, pendidikan bagi kaum perempuan sangatlah penting. Ia yakin, perempuan yang terdidik kelak juga akan mendidik anak-anak (perempuan)-nya dengan lebih maju, sehinnga bangsa ini akan lebih maju dan sejahtera kedepannya. Apa yang dicita-citakan oleh seorang kartini sangatlah mulia untuk bangsa ini, khususnya bagi kaum perempuan.
Hingga kini, keberhasialan atas buah pemikiran kartini telah membuka kesadaran bagi terciptanya sebuah perubahan dalam konsep pemikiran yang kita kenal yang tertuang dalam bukunya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Wanita kelahiran Jepara yang fasih berbahasa Belanda menurut Pramoedya Ananta Toer di dalam bukunnya “panggil aku kartini saja” adalah pemikir indonesia modern pertama yang menjadi pemula sejarah indonesia modern sekaligus. Saat itu belum ada Bung Karno dan Bung Hatta dengan tulisan-tulisan atau Pidato-pidatonya,tetapi kartini sudah menyebutnya “Nasionalisme” dengan "Kesetiakawanan.”
Idealisme itu di susunnya dengan kalimat seperti ini:
“Rasa setiakawan memang tiada terdapat pada masyarakat Inlander dan sebaliknya yang demikian justru yang harus di semaikan, karena tanpa dia kemajuan rakyat seluruhnya tidak mungkin.” Ternyata kolonialisme di Zaman Kartini dan kegelapannya tidak pernah surut dan terus berjaya hingga 100 tahun lebih di zaman ini. Meski intensitasnya sekarang tergeser dengan arus global yang memanjakan manusia dengan berbagai macam mesin dan alat-alat komunikasi modern namun tetap saja semua itu adalah surat via elektronik, yang notabennya bisa di sebut surat modern.
Menengok lebih dalam keberhasilan perjuangan kartini, tentu kita bisa mengambil pelajaran berharga darinya, yang jarang bahkan nyaris di miliki wanita muda di era global sekarang ini.
Pertama, semangat yang membaja.
Karena baja yang paling kuat dan baik harus melewati tempaan bara api yang paling panas dan dengan semangat yang kuatlah apa yang di perjuangkan akan dapat tercapai. Sehingga semangat harus tetap dijaga agar jangan pernah luntur dalam kondisi apapun.
Kedua, ketegaran yang prinsip.
Karena untuk membelah badai kehidupan kita harus menjadi orang yang tegar. Sehingga ketegaranlah yang menjadikan batu karang mampu memecahkan ombak yang menerpanya.
Ketiga, kegigihan.
Karena tanpa kegigihan, kemenangn sejati dari sebuah perjuangan akan sirna.
Ke-empat, kerendahan hati.
Meski kartini adalah seorang putri bangsawan dan bupati tapi ia menolak di panggil RA kartini. Dan inilah yang menjadikannya di segani banyak orang.
Kelima, hati yang tulus dan kuat.
Karena keikhlasan atau ketulusan hatitanpa berharap imbalan, jawaban perjuangannnya terjawab sudah.
Ke-5 kekutan besar inilah selalu di pegang teguh oleh kartini yang mengantarkannya pada kemenangan sejati.
Jika ke-5 itu di miliki dan di pegang teguh oleh semua rakyat indonesia khususnya kaum perempuan, tentu bukan hal yang mustahil bagi bangsa ini dari negara berkembang menjadi negara maju dan di segani di kancah dunia. Baik maju di sektor finansial atau ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Serta mengantarkan anak-anak bangsa ini menjadi generasi yang berkualitas dan berdedikasi tinggi.
Jadi kaum perempuan masa kini diharapkan menjadi perempuan tangguhyang tidak hanya menyibukkan dirinya untuk menuntut kesetaraan bias gender, berdemonstrasi kesana kemari, menuntut pasal-pasal perlindungan perempuan dan lain-lain. Karena pada dasarnya pemerintah sendiri sudah sangat peduli dengan keadaan perempuan. Hal ini terwujud dengan didirikannya berbagai komisi perlindungan anak dan perempuan, LSM khusus perempuan, pasal-pasal maaupun undang-undang tentang perlindungan Perempuan Bahkanpemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk ikut didalam MDGs(Millenium Development Goals) pada tahun 2015 nanti yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu yang menurut WHO dapat di cegah dengan memberi akses ibu hamil pada pelayanan kesehatan antara lain pada bidan dan tenaga kesehatan terlatih yang mampu mendeteksi bila ada kelainan pada kehamilan sedini mungkin, serta pencegahan penularan HIV/AIDS. Selain itu juga ikut dalam sesi Commision on the status of woman dalam tujuh program aksi prioritas yang terdapat dalam Millenium Project Task Force In Education And Gender Quality yang intinyauntuk mencapai kesetaraan gender.
Jadi substansi peringatan Hari Kartini bukan hanya identik dengan menggunakan pakain adat dan berbagai permainan ataupun lomba-lomba saja. Karena perjuangan kartini yang sangat mulia ini tidak cukp hanya di peringatimelalui kegiatan seremonial saja. Tapi harus dikaji dan direnungkan, serta men gembangkan relevansi emansipasi perempuan di Era Global ini. Semoga perjuangan Kartini mampu menginspirasi kita semua dan bisa mengambil makna berharga dan dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena Sejatinya Kemenangan sejati itu bukanlah dibeli gratis tapi harga mahal dari sebuah perjuangan hakiki dari puing-puing kecil yang nantinya akan menjadi Mozaik kemenangan yang utuh dan berarti.
PERINTIS EMANSIPASI WANITA INDONESIA
RADEN AJENG KARTINI
LAHIR: JEPARA, 21 APRIL 1879
WAFAT : REMBANG, 9 DESEMBER 1904
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H