Minggu pagi di tanggal 24 November 2024 menjadi hari berlangsungnya kegiatan gerakan sosial dengan tema Education Beyond Infinity. Kegiatan ini diinisiasi oleh mahasiswa UPN "Veteran" Jawa Timur, jurusan Hubungan Internasional kelompok 6 dalam mata kuliah Gerakan Sosial dan Politik Global (GSPG). Kegiatan yang telah dilakukan tersebut menjadi luaran atau output dari mata kuliah GSPG, selain itu kelompok ini juga ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pendidikan tinggi.
Berangkat dari adanya stigma dalam masyarakat, akibat dari salah satu pejabat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang menjelaskan bahwa pendidikan tinggi tidak termasuk dalam prioritas untuk anak muda. Atas dasar hal itu, kelompok 6 mata kuliah GSPG berupaya untuk menelusuri lebih mendalam mengenai pendapat masyarakat luas terhadap pernyataan tersebut. Hal itu kami realisasikan dengan membuat sebuah survei lapangan yang meminta pendapat tentang penting atau tidaknya pendidikan tinggi. Kegiatan ini kami fokuskan pada saat Car Free Day (CFD) di taman bungkul, untuk menyasar berbagai kalangan masyarakat dari latar belakang yang berbeda-beda.
Kami berupaya melakukan survei ini dengan objektif tanpa membedakan subjek latar belakang yang berbeda. Kami menyasar dari setiap kalangan umur dan juga ekonomi yang berbeda. Hal tersebut ditujukan untuk menindaklanjuti berbagai pendapat dari setiap sudut pandang yang berbeda-beda. Selain untuk mendapatkan sudut pandang yang beragam kami juga ingin mengetahui faktor faktor yang mereka sampaikan tentang apakah pendidikan tinggi itu penting atau tidak. Kami mencoba untuk bisa menggapai semua lapisan masyarakat yang ada dalam acara CFD tersebut.
Acara kita mulai dengan persiapan singkat kemudian dilanjut dengan melihat-lihat situasi dan kondisi di taman bungkul. Setelah dirasa cukup kami langsung mencari orang yang bisa diwawancarai mengenai topik ini. Wawancara berisi tentang bagaimana tanggapan mereka terkait ungkapan "pendidikan tinggi adalah pendidikan tersier". Dari situ kami kembangkan kembali dengan menanyakan tentang pendapat mereka mengenai penting atau tidaknya pendidikan tinggi itu. Dan kemudian sebagai penutup kami menanyakan pendapat mereka tentang apa yang menjadi hambatan dari masyarakat untuk bisa memberikan pendidikan yang lebih tinggi kepada anak" mereka.
Berdasarkan data yang sudah kami dapatkan, dari total 100 orang yang kami minta pendapatnya, kami memperoleh 96 suara yang mengatakan pendidikan tinggi itu penting dan 4 orang yang mengatakan pendidikan tinggi kurang penting. Dari hasil tersebut sebenarnya masih banyak masyarakat Surabaya yang menganggap bahwa pendidikan itu penting, alasan mereka adalah karena dengan berkuliah seseorang akan bisa lebih mengasah critical thinking mereka dan melalui dunia perkuliahan juga seseorang bisa mendapatkan lebih banyak relasi yang berguna untuk di masa depan nanti.
Sementara mereka yang memilih pendidikan tinggi itu tidak penting karena menurut mereka selain dana yang dikeluarkan sangat besar juga kuliah sama saja tidak bisa menjamin masa depan seseorang benar-benar cerah. Selain itu juga kami mendapati jawaban bahwa di masa sekarang dengan lebih cepat mendapatkan pekerjaan maka semakin cepat pula mereka bisa memperbaiki atau membantu perekonomian keluarganya. Hal itu memang kami rasa benar karena tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang yang sebenarnya ingin melanjutkan untuk berkuliah namun mereka tidak memiliki dana yang mendukung mereka untuk bisa berkuliah. Karena mau bagaimanapun kuliah memang membutuhkan dana yang tidak kecil dan pasti akan sangat menyiksa apabila mereka berasal dari masyarakat yang berpendapat rendah.
Dari situ kami menyimpulkan bahwa memang sebenarnya apabila memiliki kesempatan yang sama, masyarakat akan cenderung memilih untuk berkuliah karena mereka juga paham akan keunggulan yang akan mereka dapatkan. Akan tetapi faktor ekonomi masih menjadi sebuah tembok kokoh yang menghalangi sebagian kalangan untuk bisa merasakan dunia pendidikan tinggi. Maka dari itu, perlu adanya keseriusan dari pemerintah untuk bisa menyebarkan mengenai info beasiswa kepada para calon penerus bangsa. Mungkin jika selama ini info hanya dibagikan kepada siswanya sehingga menjadi kurang efektif, maka perlu adanya sosialisasi kepada mereka orang tua yang ingin anak nya untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan. Karena dengan begitu orang tua bisa menambah opsi untuk anaknya setelah lulus dari SMA untuk bisa berkuliah dengan informasi beasiswa yang sudah mereka dapatkan sebelumnya.
Dari sinilah peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan adanya, untuk meninjau lebih lanjut bagaimana kondisi di setiap daerah masing-masing mengenai pendidikan tingkat lanjut. Kami mengapresiasi Pemerintah Kota Surabaya yang cukup proaktif dalam memberikan layanan beasiswa terhadap masyarakat yang salah satu contohnya adalah Beasiswa Pemuda Tangguh Surabaya. Namun dengan adanya beasiswa tersebut, tidak menutup kemungkinan adanya ketepatan sasaran yang dituju. Sehingga perlu adanya peninjauan lebih lanjut terkait para penerima beasiswa agar tepat sasaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H