Lihat ke Halaman Asli

Sibuk dengan Politik tetapi Lupa dengan Basic Sesungguhnya

Diperbarui: 23 November 2020   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri


Tanjung Ulie--Moment (5) lima tahunan selalu terjadi, di-INDONESIA, setiap Provinsi, Kabupaten/Kota selalu melakukan pesta Demokrasi, yaitu Pemilihan umum (Pemilu) untuk mengantikan atau mempertahankan pemimpin-pemimpin (Pejabat Daerah) yang sementara menjabat.

Pergantian (Pejabat) yang dilakukan adalah hal biasa dalam pesta Demokrasi, dan setiap pergantian yang dilakukan, semua melalui Pemilu secara Demokrasi.


Dan, sebelum pealaksanaan pesta Demokrasi (Pemilu) ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan dari berbagai calon, diantaranya; melakukan pendaftaran bakal-calon pada Lembaga penyelenggara Komisi Pemilihan Umum (KPU), setelah selesai pendaftaran bakal calon, lanjut pada tahap penetapan dari setiap partai pengusung kepada bakal calon, sebagai kandidat yang di berikan mandat untuk maju bertarung. 

Setelah selesai syarat administrasi dan penetapan, selanjutnya dilakukan Kampanye politik oleh setiap masing-masing paslon kepada masyarakat untuk menyampaikan Visi dan Misi, setelah semua tahapan teknisnya sudah selesai baru-lah dilakuan tahap pengunjung yaitu debat public. 

Debat public dilakukan, bertujuan untuk melihat, pemahaman dan kemampuan secara sumber daya manusia setiap Paslon yang ada.

Dan tahun ini  (2020) pada 09 Desember mendatang, ada beberapa Kabupaten/Kota melaksanakan moment (5) lima tahunan ini (Pemilu), salah satu gelaran pelaksanaan Pemilu yaitu Kabupaten Halmahera barat (Halbar), Prov. Maluku Utara.

Pelaksanaan Pemilu bukan baru kali pertama terjadi di Kab. Halmahera barat, tetapi kebiasaan lama (Money Politik, Bully membully dan lainnya) masih saja  sering terjadi di kalangan masyarakat  Halbar, bahkan mungkin hampir setiap desa masih saja terjadi. Kalau bicara Praktek Money Politik (Politik Uang) di Kabupaten Halbar

Mumgkin, bukan hal yang lumrah lagi, walaupun sudah dilakukan sosialisi baik itu melalui pemasangan baliho-baliho, poster bahkan bertatap muka (Face to Face) langsung oleh tim Lembaga Independent (KPU-D) dengan Masyarakat, tetapi semua penyampaian yang dilakukan masih sangat kecil realisasikannya. Dan mungkin penyampaian yang dilakukan, hanya dianggap sebagai teori, karena masih sangat sulit untuk dihilangkan. Bahkan ada kata-kata yang sering diteriakan "Ada , aduanga suara,"  Tidak bisa di pungkiri hal seperti itu (Politik Uang), sudah bukan rahasia umum dan sudah mendara daging.

Tetapi, ada juga yang lebih konyol dari politik uang yang bahkan bisa merusak keharmonisan kekeluargaan dalam bermasyarakat, yaitu politik sentiment (Perbedaan pemilih).

Politik Sentiment sering bisa membuat masyarakat (Pemilih) amnesia akan hubungan kekeluargaan yang terjalin. Sentiment politik (Beda pemilih) bisa membuat masyarakat, saling bully-membully, fitnah dan lainya.

Akibat dari semua itu, ada yang tidak saling menegur satu dengan lainya, tingkat kecemburuan yang tinggi dan saling mengfitnah, akibat dari kurangnya pendewasaan diri dalam melakukan pesta Demokrasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline