Lihat ke Halaman Asli

Senyum di Tengah Covid19, antara Rasa dan Kemauan

Diperbarui: 7 Mei 2020   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah pandemi Corona Virus (Covid19) ini, kita (Masyarakat) dianjurkan oleh pemerintah untuk memutuskan rantai penyebaran Covid19, dengan cara yaitu tetap diam di Rumah (Stay Home) dan lakukan hal-hal positif dari rumah.

Hal-hal positif yang dimaksud lakukan dari rumah di atas, seperti; belajar, bekerja dan lainnya. Semua serba dari rumah.

Tapi, tak terasa semakin lama kita tetap dirumah, rasa bosan pun muncul tanpa permisi dalam jiwa yang memprovokasi antara pikiran dan perasaan. "Apa mungkin karena terlalu lama di rumah atau terbiasa diluar rumah ".

Percaya atau tidak, semua orang yang sudah beberapa Minggu, bahkan bulan di Rumah, pasti mengalami hal yang sama, yaitu 'bosan'. Ingin keluar rumah, tetapi tidak bisa karena Covid19, ingin melakukan sesuatu dirumah, tetapi dihalangi oleh niat yang lemah dan didukung oleh jiwa yang keras "Roh penurut tapi daging lemah". Tidak tahu apa yang harus dilakukan, dengan keadaan yang terjadi saat ini, kita-pun ikut bingung.

Seandainya 'Rasa' bisa  menuntut di pengadilan terhadap 'Niat Lemah dan Jiwa Keras', karena menghalangi terlaksananya keinginan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat saat ini, untuk mempersiapkan pada masa mendatang dari Rumah. Mungkin  kita sudah melakukanbya secara masal ke pengadilan.

Tapi apa boleh buat, kalau rasa tak bisa karena takut pada jiwa yang keras dan niat yang lemah, sehingga semua hanya bisa terpapar lemah dan tak berdaya.

Padahal, dari Rumah kita diajak oleh RASA untuk melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas diri, tetapi kita binggung. Dengan cara apa kita lakukan (Membaca, Nge-game)? Malas! Dan bagaimana cara melakukannya (Bingung)? Karena selalu saja terhalang oleh jiwa yang keras dan niat lemah. Sehingga, RASA hanya bisa hadir dan berputar-putar pada pikiran serta diam dalam batin dan menetap pada hati yang sepih dan gelisah, tidak tahu mau ke-mana dan berbuat apa?

Mungkin, Jiwa keras dan niat lemah sudah mengetahui kelemahan'rasa' yang ada, sehingga apa yang ingin dilakukan 'Rasa' tak kunjung tersampaikan pada tindakan nyata.


Kita rencana melakukannya, tetapi kalau RASA tidak didukung oleh kemauan yang kokoh untuk merealisasikan apa yang ingin dilakukan, agar bisa dinikmati pada masa yang akan  datang, semuanya hanya tersampaikan pada wacana semata.

Endingnya, kita pun hanya bisa berserah pada kenyataannya dan menunggu keadaan akan membaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline