Lihat ke Halaman Asli

083124284934

Mahasiswa

Lahan Basah Buatan di Yogyakarta: Kontribusi terhadap Keseimbangan Atmosfer

Diperbarui: 20 Desember 2024   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Yogyakarta, kota dengan laju pembangunan yang pesat, menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks Salah satu solusi berkelanjutan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengembangan lahan basah buatan Selain berfungsi sebagai pengelola limbah dan pengatur siklus air, lahan basah buatan memiliki potensi besar dalam menjaga keseimbangan atmosfer Melalui interaksi ekosistem yang kompleks, lahan basah buatan di Yogyakarta dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pengurangan polusi udara dan emisi gas rumah kaca.

1. Menyerap Karbon Dioksida dan Polutan Udara Lahan basah buatan, seperti yang dapat dibangun di wilayah perkotaan atau suburban Yogyakarta, berfungsi sebagai penyerap karbon dioksida (CO) yang efektif Tumbuhan khas lahan basah, seperti eceng gondok, rumput rawa, dan alang-alang, mampu menyerap CO melalui proses fotosintesis Dengan demikian, lahan basah buatan dapat membantu mengurangi tingkat gas rumah kaca di atmosfer Yogyakarta yang semakin meningkat akibat kendaraan bermotor, industri, dan aktivitas rumah tanggaSelain CO, lahan basah buatan juga mampu menyaring polutan udara lainnya Proses biologis dan kimiawi di dalam ekosistem lahan basah membantu mengikat partikel berbahaya seperti nitrogen oksida (NOx) dan sulfur dioksida (SO), yang sering dihasilkan oleh aktivitas pembakaran fosil.

 2. Mengatur Kelembapan dan Suhu Lokal Keberadaan lahan basah buatan di Yogyakarta juga berkontribusi pada pengaturan mikroklimat Lahan basah membantu meningkatkan kelembapan udara melalui proses evapotranspirasi, di mana air yang tersimpan dalam tanah dan tumbuhan dilepaskan ke atmosfer Ini memberikan efek pendinginan alami, yang sangat dibutuhkan di kawasan perkotaan Yogyakarta untuk mengurangi efek pulau panas perkotaan (urban heat island).

3. Mengurangi Emisi Metana dan Nitrogen Oksida Salah satu keunggulan lahan basah buatan adalah kemampuannya mengendalikan produksi gas rumah kaca, seperti metana (CH) dan nitrogen oksida (NO) Dengan desain yang tepat, lahan basah buatan di Yogyakarta dapat meminimalkan emisi metana melalui penggunaan tumbuhan tertentu yang mendorong oksidasi Proses ini mengurangi pelepasan metana, yang memiliki potensi pemanasan global jauh lebih tinggi dibandingkan CO.

4. Peluang Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan Lahan basah buatan di Yogyakarta juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat Program kesadaran lingkungan yang berbasis lahan basah dapat meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga keseimbangan atmosfer Sebagai contoh, lahan basah buatan di kawasan pendidikan seperti Universitas Gadjah Mada atau di daerah wisata dapat menjadi pusat penelitian dan edukasi bagi siswa dan masyarakat umum.

Lahan basah buatan di Yogyakarta tidak hanya berfungsi sebagai pengelola air dan limbah, tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan atmosfer Dengan kemampuannya menyerap karbon dioksida, menyaring polutan, mengatur suhu lokal, dan meminimalkan emisi gas rumah kaca, lahan basah buatan memberikan solusi yang relevan untuk tantangan lingkungan perkotaan Dukungan pemerintah, akademisi, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk merealisasikan pengembangan lahan basah buatan sebagai langkah menuju lingkungan Yogyakarta yang lebih sehat dan berkelanjutan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline