Budaya literasi adalah pondasi utama dalam perkembangan intelektual dan kemajuan masyarakat. Namun, di Indonesia, tingkat literasi masih tergolong rendah. Berdasarkan laporan UNESCO, indeks minat baca masyarakat Indonesia berada di angka 0,001, yang menunjukkan bahwa hanya 1 dari 1.000 orang yang memiliki minat baca tinggi. Kondisi ini menandakan adanya masalah serius dalam pengembangan budaya literasi di tanah air, meskipun sudah ada berbagai upaya untuk memperbaiki infrastruktur pendidikan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca di Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Akses Terbatas ke Sumber Bacaan
Di beberapa wilayah, terutama daerah terpencil, ketersediaan buku dan bahan bacaan berkualitas masih sangat minim. Banyak perpustakaan yang kekurangan koleksi bacaan yang menarik dan relevan, sehingga masyarakat kurang termotivasi untuk membaca.
2. Lingkungan yang Kurang Mendukung
Budaya membaca di rumah dan sekolah belum terbentuk dengan baik. Anak-anak lebih sering terpapar televisi, media sosial, atau permainan digital, sementara dorongan untuk membaca belum menjadi kebiasaan yang diajarkan secara konsisten.
3. Pemanfaatan Teknologi yang Belum Optimal
Perkembangan teknologi sebenarnya membuka akses terhadap banyak informasi. Namun, di Indonesia, teknologi lebih sering digunakan untuk hiburan daripada untuk literasi. Banyak masyarakat lebih memilih konten visual atau interaktif daripada membaca teks panjang yang membutuhkan konsentrasi lebih.
4. Kurangnya Kesadaran Pentingnya Literasi
Masih banyak orang yang belum memahami pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pengembangan diri maupun kontribusi bagi masyarakat. Literasi bukan sekadar kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan berpikir kritis dan menggunakan informasi dengan bijak.