Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Zaky

Undergraduate Statistics Student at Airlangga University

Analisis Perubahan Sosial dalam Film The Pianist (2002)

Diperbarui: 11 Desember 2024   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makan Malam Hangat di Kediaman Spillzman (Sumber: Cuplikan Film The Pianist)

Film Sebagai Media Aspirasi

Film, pada umumnya, dibuat dengan tujuan umum yakni hiburan bagi khalayak. Kendati demikian, dewasa kini banyak sekali film yang digunakan sebagai media baik secara tersirat ataupun eksplisit untuk mendorong suatu agenda dan menyuarakan aspirasi; salah satunya menyuarakan kemanusiaan. The Pianist (2002) merupakan salah satu dari banyaknya film yang secara eksplisit menyuarakan kemanusiaan. Film yang digarap oleh Roman Polanski ini menceritakan pembantaian dan pengusiran
kaum Yahudi yang menetap di Warsawa, Polandia. Kisah yang diceritakan sepanjang film diangkat dari peristiwa nyata; Holokaus.

Genosida terhadap umat Yahudi yang dilakukan Adolf Hitler dan Rezim Nazi dengan dalih "Solusi akhir" terjadi antara tahun 1933 hingga 1945. Dalam rentang 12 tahun, banyak sekali penganiayaan yang dialami kaum Yahudi. Mulai dari dekrit diskriminatif, deportasi ke kamp konsentrasi, hingga pembantaian massal yang membunuh jutaan warga sipil, baik kaum Yahudi hingga non-Yahudi sekalipun. Untuk itu, penulis akan mencoba memaparkan hasil analisis perubahan sosial secara teori dan konsep, serta bentuk-bentuk perubahan sosial dalam film "The Pianist" (2002) oleh Roman Polanski.

Profil dan Sinopsis Film

"The Pianist" film yang bergenre drama biografi ini secara perdana ditayangkan pada 24 Mei 2002 di festival film bergengsi; Cannes Film Festival dan ditayangkan kepada publik polandia pada 6 September 2002. Film tersebut menggarap sebanyak 120,072,577 Us Dollar dan menempati posisi ke-44 pada Box Office Film ini mendapatkan tujuh nominasi di kategori yang berbeda pada Academy Awards, USA dan memenangkan tiga kategori di antaranya; Best Director; Best writing and adapted screenplay; dan Best Actor in Leading Role yang diraih oleh Adrien Brody salah satu dari banyaknya bintang-bintang bertalenta yang turut menyukseskan The
Pianist.

"The Pianist" mengisahkan upaya-upaya yang dilakukan tokoh utama dalam film; Wladyslaw Szpillman, seorang pianis Yahudi. untuk bertahan hidup pada gempuran holokaus dan tragedi-tragedi yang terjadi di antaranya. Film dimulai ketika Wladek (Nama panggilan dari Wladyslaw Szpillman) tengah menjalani pekerjaannya sebagai pianis di suatu stasiun radio dan mendapati tempat ia bekerja tersebut dibom dalam peristiwa invasi polandia. Mengetahui Inggris dan Perancis menawarkan bantuan dan menyatakan perang kepada Jerman, Wladek dan keluarganya berdiam di rumah selama perang berlangsung. Akan
tetapi, "mukjizat" yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang dan Warsawa lalu dikuasai oleh Jerman Nazi.

Setelah Warsawa jatuh ke tangan Nazi, mulai diimplementasikan dekrit-dekrit diskriminatif seperti; Kaum Yahudi harus mengenakan emblem khusus, Kaum Yahudi dilarang untuk berjalan di taman, memasuki beberapa restoran, berjalan di trotoar, bahkan untuk duduk di bangku publik sekalipun. Kaum Yahudi juga dilarang keras untuk bekerja maupun berwirausaha. Agar ia dan keluarganya dapat menyambung hidup,Wladek rela melelang piano satu-satunya dengan harga yang terbilang Makassarsangat murah. 

Keadaan diperkeruh ketika kaum Yahudi dideportasi ke Ghetto, kekhawatiran, kelaparan, dan keputusasaan bergentayangan di setiap sudut tempat tersebut. Deportasi bukan akhir dari penderitaan Wladek dan bangsanya, masih banyak lagi penganiayaan yang menanti mereka. Lantas, bagaimana Wladek dapat selamat dari kekejaman Nazi Jerman? Penulis merekomendasikan pembaca untuk menonton dan mengobservasi alur cerita dari film "The Pianist" lalu kembali ke analisis ini untuk mengkaji lebih dalam perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalam film tersebut.

Analisis Perubahan Sosial

1.  Dibatasinya Pemenuhan Kebutuhan Primer

Memulai analisis ini melalui hal yang paling mendasar dalam kehidupan yaitu kebutuhan primer; kebutuhan manusia akan makanan dan minuman.

Dalam cuplikan ini, terlihat Wladek dan keluarganya masih dapat menikmati makanan yang terlihat mewah dan layak karena pada saat itu Jerman belum menguasai Warsawa sepenuhnya.

Pria Sedang Memakan Bubur yang Tumpah ke Jalan Karena Kelaparan (Sumber: Cuplikan Film The Pianist)

Gambar di atas terjadi pada saat bangsa Yahudi dideportasi ke distrik Yahudi di Ghetto. Hal tersebut terjadi karena hampir 30% dari populasi warsawa ditempatkan pada 2,4% wilayah yang mengarah kepada overpopulasi dan kekurangan pangan sehingga Jerman membatasi kaum Yahudi untuk mengonsumsi 181 kalori per harinya. Jika dilihat dari bentuknya, perubahan sosial yang satu ini merupakan salah satu bentuk perubahan sosial regress dan didorong oleh kondisi demografis penduduk.

2.  Dekrit Diskriminatif

Setelah Jerman berhasil melakukan invasi di Polandia, mereka memberlakukan peraturan-peraturan yang bersifat diskriminatif terhadap kaum Yahudi seperti, penggunaan emblem bintang daud, melarang mereka untuk menggunakan fasilitas umum, membatasi uang yang boleh mereka simpan, hingga dipersulit dalam mencari pekerjaan yang layak. Jika dilihat dari bentuk perubahan yang terjadi, dekrit diskriminatif tersebut termasuk ke dalam perubahan sosial struktural; perubahan pada sistem-sistem yang paling mendasar dalam kehidupan manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline