Hidup itu bagaikan roda yang berputar, ada bahagia dan ada sedihnya, ada saatnya kita hidup enak ada juga saatnya kita hidup susah. Semua ini sudah di atur dan digaris kan oleh Allah Yang Maha Esa. Allah sudah menentukan takdir untuk setiap manusianya dengan takdir yang berbeda beda untuk setiap makhluknya. Giliran kita sebagai manusia yang diberi akal ini untuk bisa mnerimanya dengan ikhlals dan bijaksana. Mempercayai kehendak dan ketetapannya merupakan salah satu yang wajib kita imani (Qada dan Qadar). Bila kita diberi kehidupan yang kurang berekcukupan, hendaknya kita masih bersyukur atas apa yang Allah beri untuk kita. Bersyukur atas kesehatan yang kita miliki untuk kita senantiasa beribadah kepada-Nya, kesehatan untuk menjeput rezeki sebagai upaya untuk mendongkrak kehidupan kita. Artinya dalam hal ini kita manusia harus berusaha semampu kita dalam menjalani hidup yang tidak luput dari ujian dan cobaan. Kita tidak boleh menanamkan dalam diri kita sebuah paham yang disebut paham Fatalisme yaitu paham yang membuat penganut paham tersebut lebih memilih pasrah terhadap takdir yang bisa kita rubah dengan sebuah usaha, sehingga dapat menanamkan jiwa pesimis, berpasrah diri dan berputus asa.
Terkait dengan hal ini, kemarin hari Selasa tanggal 12 April saya berkesempatan utnuk mewawancarai seorang mahasiswa semester 4 dengan kondisi ekonomi yang kurang baik. Mahasiswa ini bernama Ririn (20 tahun) dari desa Campa Kecamatan Madapangga RT 07. Saya bertanya kapada Ririn mengenai konsep kehidupan dan hal lain kepadanya.
Karena hidup ini adalah sebuah takdir Allah SWT, saya penasaran bagaimana pandangn Ririn mengenai arti dari takdir. Ririn berpendapat bahwa takdir itu suatu ketetapan Allah pd hambahnya yang bisa dirubah dan tidak bisa dirubah, maksud dari takdir yang tidak bisa di rubah ini adalah seperti kematiaan, jenis kelamin, bencana alam, jodoh dan lain lain. sedangkan yang takdir yang bisa diubah itu seperti ketika sakit kita bisa berobat, ingin memiliki hidup yang serba cukup maka kerja keraslah. Intinya takdir yang bisa di rubah ini adalah takdir yang melibatkan usaha dan kerja keras kita. Nah, jika ingin merubahnya maka kitalah yang berusaha, dan jangan pernah melupakan bahwa kita masih memiliki tempat kita berserah diri dan berdoa yaitu Allah SWT untuk mengutarakan semua keinginan yang belum bisa tercapai.
Saya bertanya kepadanya, apakah dia pernah menyalahi takdir hidup yang dia hadapi?. Mengenai hal ini Dia mengatakan, semua orang pasti pernah menyalahi takdir yang tidak mereka inginkan dalam hidup ini. Sekecil apapun penyalahan itu pasti ada. Misalnya orang tua yang yang sakit berat di samping itu ekonomi yang sangat tidak mendukung dalam hal pengobatan yang memakan biaya yang sangat mahal, kemudia seperti memiliki wajah yg kurang rupawan (cantik atau ganteng), dan atau meninggalnya orang tua atau saudara yang begitu cepat dan sebagainya. Dalam hal ini Ririn juga pernah menyalahi takdir, tapi cepat menyadari dan langsung menyangkal pikiran tersebut, dengan kalimat penyemangat "mungkin hari ini Allah lagi menguji Dia dan keluarganya dan suatu saat nanti pasti Allah mengangkat derajanya". Keluarganya Ririn adalah keluarga yang sederhana dengan kondisi ekonomi yang tidak mendukung, Dia juga mengatakan bahwa pernah mengeluh dengan kehidupan yang serba kekurangan dan kadang kadang cukup, namun Sadar bahwa masih ada anak dan keluarga di luar sana yang masih berada di bawahnya, yang tidur di kolong jembatan, mengais makanan di tempat sampah, bahkan yang tidak memiliki pakaian ganti untuk sehari harinya. Hal hal tersebut Alhamduillah masih dimiliki oleh Dia. Dan tentu hidup ini ada yang di bawah dan yang di atas. Dan dia percaya bahwa suatu saat nanti dia pasti bisa, yang penting tetap optimis dan selalu menerimanya dengan lapang dada.
Alasan Dia untuk tetap melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi sangat menyentuh hati, dia melanjutkan pendidikannya karena kedua orangg tuanya yang menjadi motivasi terbesarnya. Karena orang tuanya menaruh harapan padanya dan Dia harus sekolah agar nanti Dia juga bisa menyekolahkan adiknya. Orang tuanya tidak ingin anaknya bernasib sama dengannya. Dia ingin merubah nasib kehidupannya agar menjadi lebih baik dan tidak serba kekuarngan. Dia juga ingin membahagiakan kedua orang tuanya dengan membuktikan dia pasti bisa menjadi seorang yang sukses di masa depan. Penyemangat lainnya yang selalu Ririn pegang yakni dengan janji Allah dan percuma down berlarut larut karena ada mimpi yg belum tercapai dan juga tetap yakin pada janji Allah bahwa Allah lah yg mengatur semua skenario hidup umat manusia.
Semua orang dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan pasti memiliki keinginan untuk memiliki sesuatu namun hal ini tidak didukung oleh ekonominya. Tidak jarang banyak yang memaksakan keinginanannya haarus terpenuhi dengan melakukan apapun walaupun itu membahayakan diri sendiri dan atau orang lain. Begitupun dengan mahasiswi 20 tahun ini. Lalu bagaimana dia menyikapinya?, hal yang paling penting dalam hal ini adalah bersabar, mampu menahann diri dan nafsu akan sesuatu adalah jalan terbaik. Tidak memaksakan kehendak dan keinginan disamping keadaan yang tidak mendukung. Lebih baik kita berusaha seamamou kita jika ingin keinginan kita terpenuhi.
Kehidupan yang semakin maju dan modern sangat sulit dijalankan dan sulit untuk mengimbanginya dengan kehidupan yang sederhana dan serba kekurangan. Karena di setiap harinya pasti ada perubahan dan hal hal baru. Dari sini muncullah sikap gengsi yang berlebihan. Dimana kita bersikap yang harus menuntut memiliki apa yang dimiliki orang lain, bahkan rasa ingin harus lebih bagus dari pada orang lain. Padahal disamping itu hidup sederhana memiliki banyak sekali hal positifnya. Menjalani gaya hidup sederhana bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology menemukan hubungan antara materialisme (menilai harta benda dan uang) dan kesehatan fisik yangburuk. (https://katadata.co.id/safrezi/berita/619e08dd3a12b/24-motivasi-hidup-sederhana-yang-inspiratif-dari-para-penulis).
Keajaiban hadir dengan cara-cara yang sederhana. Pada matahari yang terbit setiap hari, pada warna sayap kupu-kupu, dan pada kekuatan cinta orang-orang terkasihmu." Dian Syarief Pratomo.
Cukup kau syukuri hal hal kecil yang ada disekitarmu dengan sujud syukur lima menit sehari (SBY). Maka hidupmu ajan terasa lebih indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H