Lihat ke Halaman Asli

Cakrawala -18

Diperbarui: 13 Desember 2022   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku benar-benar disini, menatap sendu sebuah pusara yang nisannya sudah tak terbaca. Tidak ada yang berubah, kecuali dia. Entah apa yang bisa kulakukan untuk melepas rindu padanya.

Aku masih ingat tepat 5 tahun lalu, kita dipertemukan oleh semesta. Dua mata yang menatap pada ayar, seakan berbicara bahwa kita harus mengganti arah. Bukan lagi air tenang dibawah sana, namun mengarahkan netra tepat pada kornea. Disana kami berjumpa, dibawah pohon rindang dekat Danau Anumerta.

Aku terkejut, seseorang yang kulihat dipantulan danau tidak ada disampingku. Berkali-kali memastikan, hingga timbul sunggingan tipis dari bibirnya. Alamak jang bulu kudukku merinding.

“Aku sudah menduganya, kau pasti bereaksi seperti itu.” Helaan nafas serta suara dari jarak yang terbilang dekat mengganggu pendengaranku. Mencoba tetap tenang meskipun rasanya kaki ini sudah lemas, untuk berlari pun sudah tidak mampu.

“Jangan takut, apa yang kau lihat di air memang nyata, indera mu tidak menipu. Dulu aku sama sepertimu. Jarang sekali ada manusia kesini, tapi lihatlah dirimu sudahlah datang saat senja, sendirian pula.”

“Astaga dia bilang apa tadi? Manusia?” batinku menyauti suara tadi.

Aku sampai lupa dengan keistimewaan yang ku punya. Selama ini tidak ada yang tau tentang itu. Meskipun aku bisa melihat makhluk-makhluk disini, bukankah aku sudah berpura-pura agar mereka tidak sadar.

“Bisakah kau membantuku?” Suara yang sama terus saja menggema.

Seperti biasa aku akan mengabaikan suara dari “mereka”, terakhir menyauti malah aku yang kena. Bagaimana tidak, sesosok hantu tiba-tiba memintaku untuk mencari jasadnya. Ternyata hantu itu korban pembunuhan.

Aku menceritakan kepada Vio, kebetulan hanya dia teman yang ku percaya. Kami berdua berusaha mencari tahu asal usul korban, hingga menemukan bukti-bukti. Kasus diusut sampai tuntas. Tidak sampai disitu, pihak pelaku melaporkan kami balik dengan tuduhan pencemaran nama baik.

“Hey, aku tau kau dapat melihat apa yang tidak dapat dilihat orang lain.” Lamunanku buyar, “Apa aku jujur saja ya?” gumamku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline