Lihat ke Halaman Asli

Lunturnya Nilai-Nilai Kebudayaan Indonesia pada Gen Z di Masa Revolusi 4.0 yang Serba Teknologi

Diperbarui: 5 Desember 2023   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia diketahui dengan keragaman suku, bangsa, bahasa, ras, keagamaan serta budayanya, yang terkandung dalam Pancasila selaku Ideologi Negara. Revolusi 4.0  adalah gabungan teknologi cyber dengan otomatisasi. Majunya pertumbuhan teknologi di masa revolusi 4. 0 membuat budaya lokal lambat laun tergerus oleh teknologi yang saat ini telah jadi kebutuhan dalam kehidupan setiap hari sudah mengganti pola pikir serta sikap warga khususnya Gen Z, sehingga berakibat pada luntunya nilai-nilai budaya Indonesia yang diwarisi generasi terdahulu. Berkat teknologi yang terus menjadi mutahir seluruh masyarakat menjadi mudah memperoleh data yang mereka mau. Sekarang ini banyak website jejaring sosial media semacam Facebook, Instagram, Youtube, Twitter dan yang lain yang terus jadi terkenal dan maju dengan pesat (Muttaqin & Winata, 2020).

Media sosial yakni salah satu contoh teknologi modern yang jadi aspek utama dalam pergantian nilai- nilai budaya di Indonesia. Kehidupan sosial budaya dalam warga modern cenderung lebih gampang diamati oleh orang- orang di dunia, hal ini di sebab oleh sistem teknologi yang semakin pesat (S., Mubin, I & D. E. M, 2020). Masyarakat, khususnya Gen Z sangat ketergantungan pada media sosial serta gampang terbawa- bawa oleh tren global yang kerapkali berlawanan dengan nilai-nilai budaya lokal. Tren global umumnya mengacu pada topik tiap hari yang mudah dinikmati oleh Gen Z, semacam tren fashion, musik, film, serta style hidup, dan cenderung mengikuti tren global daripada melestarikan budaya Indonesia.

Hebatnya teknologi tidak hanya ikut meningkatkan komunikasi, tetapi pula membawa pergantian dalam sosialisasi kehidupan warga. Tradisi- tradisi yang semula membawakan nilai- nilai budaya semacam cerita rakyat, tradisi lisan, dan ritual keagamaan dikala ini mulai sirna karena hadirnya platform media sosial. Aktivitas bersama warga yang umumnya di lakukan lewat interaksi langsung satu sama lain tidak lagi dicermati sehingga kurangi kehangatan budaya serta kekompakan antar masyarakat. Di masa revolusi 4.0 dikala ini teknologi memesatkan proses lunturnya nilai-nilai kebudayaan. Teknologi yang mutahir tidak hanya berikan akibat positif dengan memberikan data lebih cepat tetapi pula memberikan akibat negatif sebab mempermudah akses untuk Gen Z mengambil nilai-nilai dari budaya luar. Perihal ini membuat nilai-nilai kebudayaan lokal yang harusnya dilindungi jadi tergeser.

Di dalam pandangan dunia Islam sudah mengarahkan toleransi terhadap keanekaragaman budaya, selama tidak berlawanan dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu, penting bagi warga Indonesia untuk melestarikan budaya mereka. Islam pula menekankan berartinya bukti dari budaya lokal yang wajib mempunyai nilai-nilai positif (Risal Qori et al., 2023), serta mengarahkan kritik pada budaya asing yang mempunyai akibat negatif terhadap warga (Miharja, 2014), dan dorongan dalam nilai-nilai kebudayaan wajib di terapkan di tiap jenjang pendidikan.

Diperlukan kesadaran untuk menjawab tantangan lunturnya nilai-nilai kebudayaan Indonesia pada Gen Z di masa revolusi 4.0 yang serba teknologi. Sebab pantas diakui kalau teknologi ini pula bisa membagikan kesempatan untuk melestarikan serta menguatkan nilai-nilai budaya Indonesia lewat platform digital. Warga bisa menggunakan media sosial selaku fasilitas untuk mengkomunikasikan nilai-nilai budaya Indonesia yang relevan dengan Gen Z. Upaya-upaya ini pula hendak memperkuat bukti diri budaya kawasan dalam konteks tren global dikala ini. Di masa revolusi 4. 0, masyarakat hendak lebih senang serta merasa lebih aman. Masa revolusi 4. 0 diarakah pada kecerdasan buatan ( Artificial Intelligence/ AI) yang mempermudah manusia di bidang teknologi (Nezar Raksa et al., 2022). Serta motivasi belajar, sokongan institusi pemerintah, dan dorongan dari keluarga selaku faktor penggerak dalam melestarikan serta melindungi nilai-nilai budaya generasi sebelumnya hal ini menjadi langkah yang wajib diambil. Walaupun nilai-nilai budaya berganti akibat teknologi, tetapi keberagaman budaya Indonesia menjadi aspek yang membolehkan bangsa ini melindungi jati dirinya serta integritas yang semakin kokoh.

Referensi 

Miharja, D. (2014). DENGAN KEBUDAYAAN ASLI INDONESIA. 189--214.

Muttaqin, Z., & Winata, A. W. (2020). Pengaruh Media Sosial (Facebook) Terhadap Remaja di SMA dan MA Pondok Pesanteren Nurul Jannah Ampenan Kota Mataram. JPIn: Jurnal Pendidik Indonesia, 3(1), 51--61. https://doi.org/10.47165/jpin.v3i1.86

Risal Qori, A., Isop, S., & Edy. (2023). Dalam, Kebudayaan Islam, Persepsi. Edusifa: Jurnal Pendidikan Islam, 8, 21--26. https://doi.org/10.56146/edusifa.v8i1.33

S., Mubin, I, S., & D. E. M, S. (2020). Perbandingan Sistem Sosial Budaya Indonesia Dari Masyarakat Majemuk Ke Masyarakat Multikultural. Historis: Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Sejarah, 5(2), 136--145. https://doi.org/10.31764/historis.v5i2.3424

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline