Lihat ke Halaman Asli

Raflyanto Akbar Syahputro

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang

Transformasi Mahasiswa Pasca Pandemi Menuju Era Society 5.0: Berkembang atau Tumbang

Diperbarui: 22 September 2023   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Nicita Savadora Herlia Putri

Nim    : 202310230311082

Pandemi COVID--19 yang terjadi hampir diseluruh dunia menjadi kendala di semua kalangan didunia dan menjadi krisis kesehatan bagi umat manusia. Dalam dunia pendidikan, pandemi Covid-19 memberikan dampak yang sangat banyak seperti banyaknya sekolah di dunia ditutup untuk menghentikan penyebaran COVID-19.

Dampak dari pandemi COVID-19 membuat pemerintah membuat program pembelajaran daring. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada teknologi media digital yang bahan belajarnya dikirim secara elektronik atau dalam bentuk berkas ke peserta didik dari jarak jauh menggunakan jaringan internet dengan media komputer. Menurut pemerintah pembelajaran daring dinilai merupakan cara yang paling efektif dan efisien untuk melakukan pembelajaran ditengah pandemi saat ini. Demikian juga banyak transformasi yang terjadi di bidang pendidikan tinggi. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, mengatakan bahwa sebenarnya jauh sebelum pandemi, pendidikan tinggi telah melakukan metode pembelajaran daring atau pembelajaran campuran daring dan luring (blended learning), walau masih beberapa perguruan tinggi yang melaksanakannya.

"Dengan adanya pandemi ini, secara tiba-tiba, lebih dari 4.000 institusi pendidikan tinggi di Indonesia berpindah ke metode pembelajaran daring. Tercatat pula lebih dari 7 juta mahasiswa dan 300.000 dosen saat ini sudah mengadakan kelas daring," ungkap Nizam dalam Seminar Internasional bertajuk "The Future of Indonesia Higher Education throughout Covid-19 and Beyond", Selasa (20/10).

Di sisi lain, terjadinya pandemi telah mengakselerasi perkembangan teknologi dan inovasi, khususnya di bidang kesehatan. Inovasi dari berbagai perguruan tinggi pun jauh lebih meningkat selama pandemi, misalnya robot pintar yang diciptakan untuk membantu tenaga medis dalam memberikan perawatan terhadap pasien Covid-19. Sejumlah perguruan tinggi juga telah mengembangkan ataupun menciptakan alat medis dan obat-obatan dengan status alat tersebut sudah pada tahap produksi. Menurut Nizam, situasi pandemi seperti ini juga mempersiapkan mahasiswa Indonesia menjadi pembelajar mandiri sesuai dengan kompetensi yang paling penting dan dibutuhkan di abad ke-21.

"Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi juga mendorong perguruan tinggi di Indonesia untuk melakukan riset dalam upaya menangani Covid-19. Enam bulan terakhir ini, lebih dari 1.000 inovasi datang dari berbagai perguruan tinggi dan banyak darinya telah berada pada tahap produksi. Misalnya ventilator, sudah lebih dari 10 prototipe dibuat oleh perguruan tinggi dan sudah dipakai di banyak rumah sakit," pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Aris Junaidi menyampaikan tantangan yang dihadapi pendidikan tinggi pada era Revolusi Industri 4.0, Society 5.0, dan pandemi Covid-19 adalah dalam menjalankan kampus mandiri dan belajar mandiri. Terdapat 4 poin terkait kebijakan baru tersebut, yakni pembukaan program studi baru, sistem akreditasi perguruan tinggi, kemudahan menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTN-BH), dan pemberian hak kepada mahasiswa untuk belajar 3 semester di luar dari program studi yang diambil.

Selain tantangan tersebut, ada tantangan lain yaitu 21st century skills for students yang mana kita harus menyiapkan berbagai macam keterampilan untuk para mahasiswa. Jadi para sarjana di masa depan akan bersaing dengan baik secara global

Ditjen Dikti menciptakan sistem pembelajaran baru selama pembelajaran dari rumah berlangsung yaitu Sistem Pembelajaran Daring Indonesia (SPADA) dimana mahasiswa dan dosen dapat mengaksesnya. SPADA memberikan peluang bagi mahasiswa dari satu perguruan tinggi tertentu untuk dapat mengikuti suatu mata kuliah dari perguruan tinggi lain dan hasil belajarnya diakui oleh perguruan tinggi dimana mahasiswa tersebut terdaftar. Dalam hal ini, SPADA telah memiliki 179 provider, 210 partner, 23.093 mahasiswa, dan lebih dari 252 content sharing.

Untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan utama yang dibutuhkan pada abad ke-21. Terdapat tiga keterampilan utama pada abad 21, yaitu kemampuan berfikir kritis dan pemecahan masalah (expert thinking), komunikasi dan kolaborasi (complex communicating), dan kreativitas dan inovasi ( applied imagination and invention) ( Trilling & Fadel, 2009). Oleh karena itu, pembelajaran pada pendidikan tinggi harus mampu menggali dan mengoptimalkan potensi mahasiswa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline