Lihat ke Halaman Asli

Oktaviola Kusdiana

Mahasiswa UPN "Veteran" Jawa Timur.

Diplomasi Berbasis Pengorbanan: Jejak Retno Marsudi dalam Memperkuat Posisi Indonesia di Dunia

Diperbarui: 20 Desember 2024   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Retno Marsudi, Sumber: Kompas.com. 

Pendahuluan

Bela negara adalah kewajiban seluruh warga negara Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Pasal 9 UU 3/2022 dan Pasal 27 ayat 3 UUD 1945. Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara, yang dilakukan untuk melindungi Indonesia dari berbagai tantangan, baik dari dalam negeri maupun global. Tantangan besar yang dihadapi Indonesia saat ini meliputi meningkatnya biaya hidup, bencana alam ekstrem, perselisihan ekonomi antarnegara, perubahan iklim, dan polarisasi sosial (SURYOPRATOMO, 2023). Oleh karena itu, upaya bela negara tidak hanya menjadi kewajiban TNI, tetapi juga seluruh warga negara dan jajaran pemerintahan. Diplomasi internasional menjadi salah satu cara untuk memperkuat peran Indonesia di kancah global, dan kemampuan komunikasi pemimpin sangat menentukan keberhasilan diplomasi tersebut. Sejak 2014, Indonesia memiliki seorang tokoh perempuan penting dalam diplomasi global, yaitu Retno Marsudi, yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia. Karier diplomasi Retno dimulai pada 1986 di Kementerian Luar Negeri, dan beliau pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Norwegia, Islandia, dan Belanda. Pengalaman internasionalnya yang luas memberikan beliau keahlian dalam negosiasi serta pengelolaan hubungan bilateral dan multilateral (Adinda Nur Fadillah, 2024). Retno Marsudi berfokus pada dua pendekatan diplomatik berbasis pengorbanan dan kemanusiaan. Ia meyakini bahwa perdamaian internasional sangat penting, karena konflik tidak hanya berdampak pada manusia, tetapi juga merusak moral masyarakat dan lingkungan (Maulana, 2018). Artikel ini akan menganalisis kontribusi Retno Marsudi dalam memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional melalui pengorbanan dan diplomasi.

Latar Belakang Retno Marsudi

Retno Lestari Priansari Marsudi atau yang kita kenal dengan panggilan Retno Marsudi merupakan seorang perempuan kelahiran 27 November 1962 di Semarang, Jawa Tengah.. Retno Marsudi memiliki perjuangan yang inspiratif untuk menggapai mimpinya menjadi seorang Menteri Luar Negeri Indonesia. Beliau menyampaikan bahwa dirinya bukan berasal dari keluarga berada. Dari SD hingga SMA beliau menempuh pendidikannya di Semarang. Pada saat SD ia menempuh pendidikannya di SD Randusari, setelahnya lanjut ke SMPN 3 Semarang dan menempuh pendidikan SMA di SMAN 3 Semarang. Mimpinya sebagai seorang diplomat muncul saat ia berada di bangku SMP karena melihat siaran berita di TVRI yang menayangkan berbagai kerja diplomat. Beliau berpikir bahwa menjadi diplomat merupakan suatu hal yang keren karena akan banyak melakukan perjalanan ke luar negeri. Pada saat itu ia tidak pernah bermimpi untuk menjadi menteri luar negeri. Dengan berbekal mimpinya untuk menjadi seorang diplomat, Retno Marsudi akhirnya memlih untuk masuk ke jurusan Hubungan Internasional di FISIP UGM, Yogyakarta. Karena kegigihannya dalam menempuh pendidikan, setahun sebelum lulus dari UGM beliau mendapatkan beasiswa dari Kementrian Luar Negeri (KEMENLU). Karena beasiswa tersebut, setelah 3,5 tahun ia menempuh pendidikan di bangku kuliah akhirnya ia di rekrut oleh Kementrian Luar Negeri. Retno Marsudi juga mendapatkan gelar master hukum di Universitas Hukum Terapan Den Haag di Belanda dan melanjutkan studi hak asasi manusia di Universitas Oslo. Pada tahun 1990 hingga 1994 Retno Marsudi melanjutkan karirnya dengan menjadi Third SecretaryPenerangan pada KBRI Canberra. Pada tahun 1997 - 2001 ia menjabat sebagai konselor ekonomi KBRI Den Haag. Pada tahun 2001 - 2014 beliau menjabat sebagai direktur, deputi direktur, direktur jendral dan duta besar. Hingga pada tahun 2014 beliau dilantik sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia oleh Presiden Joko Widodo (Pt Viva Media Baru). Meski ia merupakan Menteri Luar Negeri perempuan pertama Indonesia, selama 1 dekade menjabat, Retno Marsudi telah membawa Indonesia mendapatkan berbagai macam pencapaian baru internasional. Pada tahun 2018 Indonesia terplih sebagai anggota tidak tetap keempat kalinya Dewan Keamanan PBB. Pada tahun 2017 beliau juga mendapatkan penghargaan Change Agent Award untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dari organisasi perempuan PBB, di New York. Penghargaan tersebut diberikan pada sidang umum PBB ke72 (Kurniawati, 2022).

Prinsip Diplomasi Berbasis Pengorbanan

Diplomasi berbasis pengorbanan merupakan pendekatan diplomasi yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas dalam hubungan internasional. Diplomasi ini melibatkan negosiasi yang memerlukan komitmen dan pengorbanan dari pihak-pihak yang terlibat. Pengorbanan dalam hal ini tidak hanya berupa sumber daya atau kepentingan nasional, tetapi menunjukkan komitmen untuk membantu negara lain dalam tantangan yang dihadapi. Dalam pelaksanaan diplomasi berbasis pengorbanan ini terdapat beberapa nilai dasar yang mendasari kebijakan luar negeri Indonesia. Dalam nilai kemanusiaan, Indonesia mengutamakan bantuan kepada negara-negara yang memiliki konflik kemanusiaan. Dalam nilai solidaritas, Indonesia menunjukkan kepedulian kepada sesama negara berkembang dengan berperan aktif dalam organisasi regional dan internasional. Dalam nilai dialog dan kerja sama, Indonesia mendorong penyelesaian konflik melalui dialog dan diplomasi. Dengan nilai-nilai tersebut dalam kepemimpinannya, Retno Marsudi menjalankan diplomasi Indonesia untuk mencapai kepentingan perdamaian dan kesejahteraan global. Pendekatan ini membuat Indonesia mendapakan citra sebagai negara yang berkomitmen dan bertanggung jawab. 

Kontribusi Dan Dampak Retno Marsudi Dalam Diplomasi Internasional

Selama menjabat Retno Marsudi konsisten dalam menjalankan misi perdamaian PBB, salah satu contohnya adalah pembelaan kepada Palestina. Ia menyatakan bahwa Indonesia akan berkomitmen menggirimkan bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina, serta terus berusaha memperjuangkan status keanggotaan Palestina di PBB agar Palestina diakui sebagai sebuah negara. Indonesia juga mendukung keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) agar Israel memberhentikan serangan dan melakukan gencatan senjata (Grehenson, 2024). Komitmen ini juga dapat dilihat saat Retno Marsudi walk out di sidang PBB saat DUBES Israel berpidato. Ketegasan Retno Marsudi ini menjadi perhatian dan bukti komitmen Indonesia untuk mendukung Palestina. Begitu pula dengan perlindungan kepada WNI. Sejak 2014 hingga 2023 ia menjabat, Retno Marsudi mengatakan bahwa KEMENLU telah menyelesaikan 218.313 kasus yang menjerat WNI di luar negeri. Retno mengatakan bahwa ia dan jajaran timnya akan terus membangun dan memperkuat sistem perlindungan bagi WNI, dengan memperkuat instrumen hukum dari undang-undang hingga Peraturan Menteri Luar Negeri (Naibaho, 2024). Pada saat pandemi Covid-19, kontribusinya lewat diplomasi kesehatan membuat Indonesia tetap bisa mengendalikan kekacauan akibat Covid-19 dan memperjuangkan hak yang sama untuk negara berpenghasilan rendah. Ia memperjuangkan ketimpangan akses vaksin yang terjadi pada saat itu, lebih dari 75 persen dari total 6,7 mlliar dosis vaksin yang sudah disuntikkan, di suntikkan ke negara berpenghasilan tinggi. Perjuangannya ditandai dengan bergabung dalam Co-Chair CVAX AMC Engagement Group bersama Menteri Pembangunan Internasional Kanda dan Mensteri Kesehatan Ethiopia(Grehenson, 2021). Lewat diplomasi yang fokus pada pengorbanan dan kemanusiaan yang dilakukan oleh Retno. Indonesia berhasil menjadi pemain utama dalam berbagai isu global. Partisipasi aktifnya pun memperkuat Indonesia menjadi negara yang memberi kontribusi signifikan dalam penyelesaian masalah global (Adinda Nur Fadillah, 2024).

Kesimpulan

Selama 10 tahun menjadi Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi tidak hanya berhasil membawa Indonesia ke tingkat Internasional yang lebih tinggi, tetapi juga menegaskan pentingnya peran setiap warga negara dalam upaya bela negara. Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 dan UU 3/22 bahwa bela negara bukan hanya tanggung jawab yang dipegang oleh TNI melalui kekuatan militer, tapi juga melalui peran aktif Indonesia di dunia internasional dalam menjaga perdamaian dan kedamaian global. Melalui kebijakan luar negeri Indonesia yang berfokus pada pengorbanan kemanusiaan, memperlihatkan bagaimana diplomasi dapat menjadi instrumen bela negara dalam menghadapi tantangan global. Retno Marsudi mewujudkan nilai-nilai bela negara dalam dunia internasional melalui perjuangannya untuk perdamaian dan membantu negara-negara yang menghadapi krisis kemanusiaan, serta melindungi WNI di luar negeri. Pengorbanan ini melibatkan komitmen untuk mendukung negara lain dalam menghadapi tantangan mereka, dimana hal ini meningkatkan citra Indonesia sebagai negara yang bertanggung jawab dan peduli kepada kemanusiaan. Diplomasi Retno Marsudi dalam memperjuangkan hak-hak Palestina dan kesetaraan akses vaksin selama pandemi menunjukkan bahwa bela negara juga mencakup kontribusi Indonesia dalam solidaritas internasional dan stabilitas global. Ini membuktikan bahwa Indonesia tidak hanya melindungi kedaulatan nasional, tetapi juga aktif dalam menjaga perdamaian dan keadilan dunia, sesuai semangat bela negara yang lebih luas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline