Lihat ke Halaman Asli

mutia dewi anggraini

Pelajar/Mahasiswa

Fenomena Campur Kode di Media Sosial : Tren apa Kebutuhan?

Diperbarui: 23 Desember 2024   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Fenomena Campur Kode di Media Sosial: Tren atau Kebutuhan?

Fenomena campur kode di media sosial menjadi salah satu topik yang menarik untuk dibahas di era digital ini. Dengan maraknya platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, penggunaan campur kode---perpaduan dua atau lebih bahasa dalam satu konteks komunikasi---kian terasa akrab di tengah masyarakat, terutama di kalangan anak muda. Namun, apakah fenomena ini hanya sekadar tren gaya hidup atau benar-benar lahir dari kebutuhan?

Campur kode sering kali terlihat dalam unggahan media sosial seperti caption, komentar, hingga konten video. Salah satu contohnya adalah kalimat seperti "Aku lagi healing, jadi nggak bisa ikut meeting hari ini." Dalam satu kalimat, bahasa Indonesia berpadu dengan bahasa Inggris untuk menghasilkan ekspresi yang unik. Hal ini banyak dipengaruhi oleh eksposur masyarakat terhadap budaya global, khususnya lewat film, musik, dan media internasional. Tren ini juga didukung oleh peningkatan kemampuan bilingual masyarakat Indonesia, yang semakin umum menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.

Dari sudut pandang tren, campur kode sering kali mencerminkan gaya hidup modern dan identitas sosial. Menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, dapat memberikan kesan cosmopolitan, berpendidikan, dan up-to-date. Tidak jarang, penggunaan campur kode menjadi simbol status sosial, menunjukkan bahwa seseorang berada di kelas tertentu yang memiliki akses terhadap pendidikan dan informasi global. Dalam hal ini, campur kode bisa dipandang sebagai alat komunikasi yang sekaligus menjadi simbol gaya hidup.

Namun, campur kode juga dapat dilihat sebagai sebuah kebutuhan. Dalam beberapa konteks, campur kode dilakukan bukan semata-mata karena keinginan untuk terlihat keren, tetapi karena keterbatasan bahasa untuk menyampaikan makna tertentu. Ada beberapa kata atau frasa dalam bahasa Inggris yang sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia tanpa kehilangan makna aslinya. Contohnya, kata "insecure" yang sering digunakan di media sosial memiliki konotasi psikologis tertentu yang tidak sepenuhnya tercermin dalam padanan bahasa Indonesia seperti "tidak percaya diri" atau "rasa kurang aman." Oleh karena itu, pengguna media sosial sering memilih untuk menggunakan istilah asing tersebut agar pesan yang disampaikan lebih tepat dan mudah dipahami.

Selain itu, media sosial yang memiliki audiens beragam dari berbagai latar belakang bahasa juga mendorong penggunaan campur kode sebagai strategi komunikasi. Dengan memadukan dua bahasa, pengguna dapat memperluas cakupan audiens mereka, baik yang berbahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Dalam konteks ini, campur kode menjadi alat untuk menjembatani perbedaan bahasa demi mencapai pemahaman yang lebih luas.

Meski demikian, fenomena ini juga memunculkan kritik. Banyak yang khawatir bahwa penggunaan campur kode secara berlebihan dapat mengikis kemurnian bahasa Indonesia dan mengurangi rasa bangga terhadap bahasa ibu. Beberapa pihak juga menganggap fenomena ini sebagai bentuk "pamer" yang tidak perlu, terutama ketika digunakan dalam konteks yang tidak memerlukan bahasa asing sama sekali.

Sebagai penutup, campur kode di media sosial tidak bisa hanya dipandang sebagai tren atau kebutuhan semata. Fenomena ini adalah cerminan dari dinamika sosial dan budaya yang terus berkembang di masyarakat. Di satu sisi, ia mencerminkan globalisasi dan keterbukaan terhadap budaya asing. Di sisi lain, ia menunjukkan bagaimana bahasa sebagai alat komunikasi terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Maka, alih-alih memandangnya secara negatif, fenomena ini sebaiknya dilihat sebagai peluang untuk memperkaya cara kita berkomunikasi, tanpa melupakan pentingnya menjaga identitas bahasa Indonesia sebagai bagian dari jati diri bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline