[caption id="attachment_316239" align="alignnone" width="1024" caption="Ryan Yohwari (Kanan) Bersama Kepala Sekretariat KONI Cibinong Bapak Supriyadi (Kiri)"][/caption]
Keistimewaan Ryan Yohwari Salah seorang atlet bulu tangkis penyandang disabilitas Kabupaten Bogor, Ryan Yohwari sungguh menginspirasi. Meski dengan keterbatasannya yang hanya memiliki sebuah tangan, ia tetap semangat dan tekun dalam menjalani profesinya sebagai atlet bulu tangkis.
Ryan merupakan anak keempat yang memiliki banyak prestasi, antara lain medali emas pada ASEAN PARAGAMES VI tahun 2011. Ia juga meraih perak dalam ajang Badminton World Championship 2013.
Ketika ditemui di Kantor KONI, pada hari Kamis, (13/3), Ryan mengungkap semua tentang dirinya tanpa merasa malu. Ryan menjadikan kekurangan itu sebagai sebuah kelebihan untuk terus berjuang sampai titik darah penghabisan. Ryan mengatakan, “Saya melihat bahwa hidup itu yang pertama adalah mensyukuri, saya juga punya motto, jangan hitung yang hilang tetapi hitunglah yang masih tersisa”. Maksudnya, kita tidak perlu mengeluh dengan apa yang sudah digariskan yang Maha Kuasa, tetapi tetaplah berjuang untuk menjadi manusia terbaik di sisa hidup yang kita miliki.
Ryan menceritakan, usahanya dalam mencapai prestasi dengan keterbatasannya sejak lahir itu bukanlah hal yang mudah dijalani. Ryan merasakan diskriminasi terhadap keterbatasan yang ia miliki. Diskriminasi tersebut muncul dari temannya yang kerap merasa malu ketika berjalan bersama Ryan. Namun, hal itu tidak mematahkan semangat seorang Ryan Yohwari. Ia tetap yakin dan teguh pada prinsipnya. Berlatih dan terus berlatih, semangat yang tak pernah padam meski ada orang yang berusaha mematahkannya. Tak pernah disangka, saat ini ia mampu mengubur pikiran orang yang tidak meyakini kemampuannya. Siapa yang berusaha keras, siapa yang punya kemauan, dialah yang akan mencapai kesuksesan.
Sejak SMA, Ryan sudah bergelut di cabang olahraga bulutangkis. Dukungan dari orangtua yang membuat pria ini semakin bersemangat. Ryan mengatakan, persiapan yang diperlukannya dalam menjajaki olahraga tersebut adalah mental, fisik, dan spiritual. Perlu adanya persiapan mental ketika harus menghadapi cemoohan orang yang meremehkan keinginannya menjadi atlet bulu tangkis hanya dengan sebuah tangan. Kemudian, perlu persiapan fisik seperti latihan rutin sesuai jadwal yang sudah diatur. Lalu, Ryan juga perlu melakukan persiapan spiritual, karena menurutnya sekuat apapun manusia berusaha, maka selebihnya harus diserahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam melakukan persiapan spiritual ini, Ryan biasanya selalu berdoa sebelum bertanding di berbagai kejuaraan yang diikutinya.
Sebelumnya, Ryan ditempa di klub bulut angkis di SGS Bandung. “Wah, ada salah satu pelatih yang sangat berkesan bagi saya ketika bergabung di SGS Bandung, namanya Bapak Hendy” ujarnya.
Ryan tidak pernah menuntut orang lain memberikan sesuatu untuknya. Tapi ia berusaha menghasilkan apa yang bisa ia berikan untuk orang lain, termasuk negara. Tidak hanya itu, dengan prestasi yang membanggakan itu, Ryan berhasil memberangkatkan kedua orangtuanya ke tanah suci dan membeli sebuah mobil sport.
Seorang Ryan Yohwari yang memilki keterbatasan bisa mencetak kesuksesan yang sangat menginspirasi. Bagaimana dengan kita? Tak pernah diduga, dengan satu tangan Ryan pun sekarang dengan lincahnya bisa bermain bulu tangkis. Luar biasa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H