Apa yang akan terjadi jika lautan, tanah, bahkan udara yang kita hirup ini tercemar? Bayangkan bahwa dari berbagai jenis polutan yang ada, yang paling banyak berasal dari kategori sampah plastik. Berdasarkan data dari Georgia University pada tahun 2016, lautan di Indonesia adalah yang terbanyak kedua dengan kadar sampah plastik yang terdapat di dalamnya. Sungguh disayangkan bahwa laut, yang merupakan sumber kehidupan bagi banyak makhluk hidup, harus dijadikan tempat pembuangan sampah raksasa. Permasalahan ini menjadi sangat krusial yang harus kita tangani dan tidak boleh lengah untuk terus mengungkapkannya.
Sampah plastik merupakan faktor utama dalam masalah lingkungan yang terus berlangsung ini. Hal ini dapat terjadi karena terus bertambahnya produksi barang-barang plastik di sektor industri. Dimulai dari botol minuman, bungkus produk, kantong plastik sekali pakai, dan masih banyak lainnya. Bukan hanya faktor produksi industri, tetapi juga kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah plastik ini berkontribusi pada terus meningkatnya jumlah limbah plastik.
Dampak ekologis yang dirasakan akibat limbah plastik telah mencapai tingkat yang sangat serius. Plastik membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga ratusan tahun untuk dapat terurai secara alami di lingkungan. Pada proses penguraian sampah plastik tersebut, pasti juga akan mencemari elemen-elemen di sekitarnya seperti tanah, air, dan udara, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Telah banyak ditemukan insiden hewan laut yang mati akibat terjerat atau bahkan mengonsumsi sampah plastik itu sendiri. Penyu adalah salah satu hewan yang paling banyak mengalami kasus terlilit dan mengonsumsi sampah plastik. Hal ini disebabkan oleh anggapan mereka bahwa sampah plastik yang berada di lautan, mirip dengan ubur-ubur, merupakan salah satu sumber makanan utama mereka.
Tidak hanya alam yang terdampak oleh pencemaran sampah plastik, kesehatan pun dapat terpengaruh oleh polusi ini. Mikroplastik adalah serpihan-serpihan plastik yang sangat kecil, yang dapat masuk ke dalam tubuh kita. Dapat melalui makanan yang kita makan, air yang kita minum, bahkan udara yang kita tarik setiap hari. Mikroplastik bisa terakumulasi di saluran pencemaran hewan yang mengonsumsi plastik, seperti ikan dan moluska. Di mana hewan-hewan tersebut juga adalah yang kita makan dalam kehidupan sehari-hari. Partikel mikroplastik ini dapat menjadi ancaman yang dapat memicu berbagai penyakit berat, seperti iritasi, penyakit jantung, bahkan bisa menyebabkan kanker.
Untuk menurunkan jumlah sampah plastik yang telah mencemari kehidupan kita, tidak perlu dimulai dengan aksi-aksi besar, tetapi bisa dimulai dari kesadaran diri kita sendiri. Hal tersebut bisa dilakukan dengan memanfaatkan botol minum yang dapat diisi ulang, membawa tas pribadi saat berbelanja, serta tidak membeli produk yang berkemasan secara berlebihan. Di samping itu, kita juga bisa mendaur ulang serta memisahkan sampah plastik supaya bisa digunakan lagi dan tidak terbuang dengan percuma. Fungsi lain yang bisa diterapkan adalah diubah menjadi barang-barang dekorasi yang memiliki nilai ekonomi.
Partisipasi pemerintah dalam pengelolaan sampah plastik juga dibutuhkan untuk mengurangi hal-hal yang bisa merugikan setiap orang. Yaitu dengan menerapkan kebijakan yang lebih ketat dalam mengatur penggunaan barang-barang plastik sekali pakai. Sebaliknya, pemerintah perlu menyediakan fasilitas pengelolaan sampah plastik yang memadai agar masyarakat terdorong untuk memilah dan mendaur ulang sampah plastik. Pemerintah dapat bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk sektor swasta, komunitas lingkungan, dan bentuk kolaborasi lainnya untuk meningkatkan keterlibatan aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah plastik.
Kembali lagi dari sumber utama penghasil sampah plastik, yaitu industri, yang juga memiliki tanggung jawab atas persoalan yang muncul. Sektor industri perlu terus berinovasi dan berkreasi untuk menemukan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan serta dapat digunakan kembali setelah pemakaian. Sebagai contoh dalam penggunaan kemasan minuman, sejumlah perusahaan industri telah beralih dari kemasan plastik ke karton atau aluminium yang cukup tebal agar lebih bersahabat dengan lingkungan dan mudah terurai setelah dibuang. Contoh lainnya adalah penggunaan tote bag yang dapat digunakan kembali yang disediakan oleh sejumlah perusahaan ritel. Daripada memakai kantong plastik sekali pakai, perusahaan-perusahaan retail itu memilih untuk menggunakan kantong plastik yang bisa dipakai ulang demi mengurangi jumlah limbah plastik yang dihasilkan.
Kampanye dan penyuluhan tentang sampah plastik yang semakin meluas ini menjadi krusial sebagai langkah untuk menguranginya. Kesadaran masyarakat harus ditanamkan sejak awal mengenai pemahaman tentang pengelolaan dan proses daur ulang sampah plastik. Di sisi lain, juga dijelaskan tentang efek buruk yang mungkin timbul jika jumlah sampah plastik terus bertambah dan meningkatkan tingkat pencemaran yang terus berlangsung. Kita dapat memulainya dari diri kita sendiri sebelum melanjutkan ke lingkungan sekitar, seperti sekolah, rumah, tempat kerja, dan juga fasilitas umum.
Kemajuan IPTEK yang terus berkembang juga berperan sebagai solusi dalam mengatasi masalah sampah plastik. Inovasi teknologi telah menciptakan banyak kesempatan dalam usaha pengurangan, pengelolaan, dan pendauran ulang sampah plastik dengan cara yang lebih praktis, efektif, dan efisien. Sebagai contoh, dengan mengembangkan alat pengolah limbah yang lebih efisien dan menciptakan material biodegradable yang mudah terdegradasi. Dengan terus memanfaatkan kemajuan teknologi yang tersedia, kita bisa membangun masa depan yang lebih aman, berkelanjutan, dan bebas dari limbah plastik.
Jangan hanya menantikan perubahan yang ada, lakukanlah langkah awal dari diri kita sendiri dengan hal-hal kecil. Ajaklah keluarga, sahabat, dan komunitas di sekitar kita untuk mengurangi penggunaan plastik sebagai langkah dalam mengatasi pencemaran yang terjadi. Tetap tingkatkan kreativitas dan inovasi kita dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada untuk menyelesaikan berbagai masalah yang disebabkan oleh limbah plastik ini. Sekecil apa pun langkah yang kita ambil, pasti akan berpengaruh besar terhadap keberlanjutan lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H