. Seseorang yang menanam tanaman berbunga, lalu ia beri pupuk dan siram setiap hari, tanaman-pun membesar, dan bakal bunga-pun tumbuh, namun di saat bunga siap-siap mekar, menyenangkan hati penanamnya, tiba-tiba bakal bunga itu layu dan mati, jatuh ke tanah.
.
. Seorang petani sebelum ia menanam padi, ia bajak dulu tanah, kemudian menanam bibit, setelah itu diberi pupuk dan dijaga dari segala yang mengganggu seperti gulma dan rumput. Akhirnya, setelah berapa lama, hasil jeri payah si petani sebentar lagi menghasilkan. Tanaman padi yang ditanamnya membesar dan tampak bagian atas tanaman padi-padi tumbuh besar dan menguning, siap di panen. Namun, ketika siap untuk tiba-tiba segerombolan tikus memakan biji-bijian padi, padi-pun habis tak berbekas. Tinggal petani yang sedih dan kecewa.
.
. Seperti itulah perumpamaan Anas Urbaningrum. Karir politiknya yang sukses dan melejit, sebentar lagi akan seperti bunga yang layu sebelum mekar atau tanaman padi yang diserang tikus sebelum panen. Karirnya akan berakhir di penjara.
.
. Kalau bisa dibilang, karir politik Anas bisa dikatakan sukses. Fenomenal. Diawalinya karirnya sebagai anggota KPU di zaman pemilu pemerintahan Megawati. Lalu ia keluar dari KPU bergabung dengan Partai Demokrat, partai pemenang pemilu presiden. Ia salah satu tokoh penting, kemenangan Partai Demokrat dan kemenangan SBY menjadi presiden untuk kedua kalinya. Sampai ia menjabat sebagai ketua Partai Demokrat.
.
. Dan rupanya kursi sebagai ketua Partai Demokrat adalah posisinya yang sangat panas. Panas bagi sebagian orang. Ada yang gerah. Ada yang resah. Entah benar kasus korupsi yang dituduhkan kepadanya direkayasa atau memang ia seorang koruptor jika melihat bukti-bukti yang nyata. Namun, atas kasus panasnya tersebut pasti akan membuat karirnya terhenti untuk sementara waktu, minimal selama vonis yang ia terima.
.
. Kasus Anas memang panas. Terlalu banyak intrik yang terlibat. Penuh drama tak terduga seperti sebuah telenovela. Romansa tiap pemeran drama di kasus itu berperan sangat baik. Peran para tokohnya pun berubah-ubah. Peran protagonis jadi antigonis. Antigonis menjadi protagonis. Berbolak-bolak. Mirip peran Haji Muhidin di Tukang Bubur naik haji.
.
. Mau tak mau Anas pun akan segera disidang menjadi pesakitan. Mungkin nanti jika disidang dan saat penentuan vonis, akan juga disiarkan secara langsung lewat televisi seperti kasus-kasus para koruptor lainnya.
.
. Vonis yang menanti-pun dipastikan ketuk palunya tak main-main. Angelina Sondakh, LHI, dan AF merasakan vonis ganas dari para hakim si penentu hukum. Entah apa yang membuat para hakim menghajar para koruptor dengan vonis hukuman yang ganas. Apa mau menunjukkan tajinya? Apa memang seharusnya seorang koruptor harus divonis ganas? Apa karena tercorengnya penegak hukum karena ulah Akil Mochtar, lalu memperbaiki citra dengan vonis yang panas dan ganas?
.
. Yang jelas ANAS sedang NAAS, kasusnya PANAS banyak orang yang ikut terbakar, dan dia harus siap-siap berlapang dada menerima vonis hakim yang sekarang sangat GANAS kepada seorang Koruptor. Mungkin vonisnya digantung di MONÀS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H