Lihat ke Halaman Asli

(Mahalnya Elpiji 3 kg, Beras) Sudut Pandang Seorang Ibu; Jokowi Gagal

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demokrasi dan sistem tata negara kita tercinta undang-undangnya dibuat berdasarkan sudut pandang laki-laki.
*
Dulu, dalam sistem demokrasi di Yunani, wanita tidak memiliki hak politik. Wanita tidak diperbolehkan untuk ikut dalam pemilihan umum.
*
Begitupula negara kita, banyak dipengaruhi sudut pandang seorang Soekarno dan kawan-kawan (Hatta, Syahril, Hamengkubuwono, dll), yang notabene laki-laki tulen.
*
Seiring berkembangnya waktu, hak politik wanita kini diperhatikan, mereka boleh bersuara/menentukan suara seperti layaknya laki-laki, bahkan mereka telah memimpin sebuah negara. Margaret Teacher, Megawati Soekarnoputri, Corazon Aquino, dan sekarang perdana menteri Jerman dan presiden Brazil, contoh pemimpin wanita di dunia.
*
Rasa keinginan untuk segera mengeksekusi terdakwa balinine adalah sudut pandang laki-laki. Laki-laki yang mau menang sendiri dan selalu menonjolkan sisi keperkasaannya. Kalau sudut pandang seorang wanita yang di dalam rahimnya pernah bersemayam bayi yang dikandungnya, niscaya ada rasa welas dan kasih kepada seorang anak manusia. Pasti menolak hukuman tersebut.
*
Kita tahu presiden Brazil adalah seorang wanita. Sudut pandang seorang wanita dan keibuannya merasa sakit hati karena perlakuan Indonesia yang mengeksekusi warga negaranya. Bak seorang istri yang menolak suaminya yang telah berselingkuh, itulah yang dilakukan presiden Brazil kepada utusan Jokowi di negaranya. Menolak duta besar Indonesia.
*
Lalu bagaimana indikator gagal/suksesnya pemerintahan Jokowi dari sudut pandang perempuan. Wanita itu simpel saja daya pikirnya, jika URUSAN DAPUR murah dan gampang didapat, mereka akan senang dan berbahagia.
*
Untuk sementara pemerintahan Jokowi gagal menurut mereka. Tidak diregulasinya, harga eceran tertinggi, jika melanggar hukum bertindak, harga gas elpiji 3kg (di Madura dan tempat lainnya jika langka dan kosong harga bisa mencapai 33rb) dan beras (naik antara 5%-30%), dimamfaatkan kartel atau spekulan untuk menaikkan harganya, membuat para ibu resah. Urusan dapur mereka, elpiji 3kg dan beras mahal harganya.
*
Jadi, untuk sementara pemerintahan Jokowi gagal menurut pandang seorang ibu. Urusan Dapur ibu-ibu mahal.
*
Kata Kang Singseng : Bisa kerja gak? Urusan dapur aja kagak becus, apalagi urusan penting lainnya.
*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline