Lihat ke Halaman Asli

Sugeng Priyanto

Damai Itu Indah

Penyesalan Ini

Diperbarui: 5 September 2019   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Awan mendung menyelimuti raga nan pendosa, tak terkecuali dia...

Namun mendungpun tak tampak memberikan tanda akan turunnya hujan, terbawa angin dan seketika hilang,

Seolah ada yang berbisik lirih, hati yang tertutup nafsu amarah, meledak tak tetahankan, mengurung dan mengekang hingga susah untuk berpaling, mencoba untuk meronta namun tak kuasa, kulangkahkan kaki ini  dan membasahi hati ini dengan air kesejukan,...air yang menentramkan dan segeralah mengadu padaNya,

Tak lama, butir-butir air mata mengalir tiada tertahan, tersungkur dalam sujud memetakan apa yang dilakukan, menerawang apa yang sudah terjadi, tentang kekalahannya dari belenggu nafsu, dalam penyesalan dan kelelahannya ia bersimpuh hingga terlelap diperaduan.

Hujanpun benar-benar turun membasahi bumi, menyegarkan yang layu dan memberikan harapan baru di hari esok yang lebih indah.

Bandung, 4 September 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline