Dalam semua permainan yang ada di dunia, seluruh pemain akan ada saatnya mendapatkan kemenangan dan harus menerima kekalahan dari permainan tersebut. Namun, di antara para pemain ada beberapa pemain yang secara tidak langsung tidak terkalahkan. Meskipun ia tidak menang, ia tidak akan di anggap kalah, pemain inilah yang dijuluki sebagai "Pupuk Bawang".
Indonesia sendiri adalah negara yang menganut sistim Demokrasi, dimana kekuatan tertinggi berada di tangan rakyat. Kekuatan rakyat ini di salurkan melalui lembaga-lembaga yang berisikan dengan para pemain dengan berbagai sikap dan gaya. Para pemain inilah yang memainkan perannya di "Panggung Politik Indonesia".
Seperti halnya sebuah permainan, panggung politik Indonesia pun memiliki banyak sekali pemain, yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia, dan dari sekian ribu pemain tersebut ada satu atau dua pemain yang bisa dianggap sebagai "Pupuk Bawang" dalam permainan politik di Indonesia ini.
Ya, mungkin sudah banyak dari para pembaca yang menyadari tentang adanya pemain-pemain yang berperan sebagai "Pupuk Bawang" dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Bagaimana tidak, karena bisa dibilang sang "Pupuk-Bawang" inilah yang mengontrol jalannya politik di Indonesia. Aneh bukan?
Setelah dipikir-pikir lagi ternyata hal ini bukan menjadi hal yang aneh, mengingat para pemain ini hampir 90% ingin menjadi pemain, bukan karena ingin mengabdi kepada NKRI. Melainkan ingin mendapatkan hal-hal yang berkaitan dengan materiil. Ya, meskipun sulit untuk mengakui tapi inilah realitas yang terjadi di negara kita tercinta Indonesia. Karena hal yang baru saja disebutkan di atas maka tidak aneh jika sang pemain dapat menjadi "Pupuk-Bawang" bahkan bisa mengatur bagaimana laju politik dan hukum di Indonesia, semuanya bisa diatur asalkan memiliki sumber kekuatan utama yaitu uang.
Dan akhir-akhir ini salah satu "Pupuk-Bawang" itu telah menjadi topik yang cukup hangat di perbincangkan. "Pupuk-Bawang" yang satu ini bisa dibilang sebagai salah satu tokoh utama dalam suatu lembaga di panggung pollitik di Indonesia, namun nahas sang tokoh utama yang satu ini tidak menjalankan perannya dengan baik. Seharusnya sang tokoh utama ini bisa melayani masyarakat dengan baik karena pada dasarnya Ia berperan sebagai perwakilan rakyat. Namun apa yang dilakukannya berbanding 180 derajad dengan apa yang seharusnya menjadi kewajibannya. Bukannya mewakili rakyat sang "Pupuk Bawang" ini malah menyusahkan masyarakat yang berharap banyak pada dirinya.
Seharusnya, para pemain yang melakukan kesalahan dan dapat merugikan rakyatnya diberi hukuman yang sesuai, melalui proses hukum yang ada. Namun yang kita tidak boleh lupa adalah pemain yang satu ini adalah "Pupuk Bawang" dari permainan politik di Indonesia. Sehingga sang "Pupuk Bawang" ini bisa secara leluasa menggunakan kekuasaan yang ia miliki agar bisa terbebas dari hukuman yang menanti dirinya. Berbagai alasan pun di lontarkan dari mulutnya mulai dari terkena penyakit, dan alasan-alasan lain. Bahkan hingga salah satu saksi yang memiliki bukti kesalahan yang dilakukannya pun harus meregang nyawa.
Jika kita terus saja terdiam dalam menghadapi masalah yang seperti ini lalu sampai kapan kita akan bisa berubah dan maju? Ya, ini hanyalah sebuah opini dari seorang rakyat yang masih duduk bangku sekolah yang prihatin dengan situasi politik yang terjadi di Indonesia.
Terima Kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H