Lihat ke Halaman Asli

0086_Farah Hanin Nabilah_B1

mahasiswa ilmu komunikasi

Strategi Negosiasi yang Efektif oleh UMKM Thrifting CakepCantik.Boss untuk Membangun Hubungan yang Kuat dengan Pelanggan Melalui Media Sosial

Diperbarui: 7 Juli 2024   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Surabaya, 2 Juli 2024 --- Pada saat ini, perkembangan media sosial banyak dimanfaatkan oleh UMKM seperti "Cakep Boss"  yang bergerak di bidang penjualan baju bekas (thrifting) dalam upaya pemasaran produknya. Cakep Boss berhasil membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan melalui strategi negosiasi yang efektif di platform media sosial.

Saat ini, tren thrifting sudah sangat menjamur di kalangan masyarakat dikarenakan produk yang dijual memiliki banyak keunggulan seperti harga yang terjangkau, kualitas yang baik, bahkan banyak juga yang bermerek. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri untuk konsumen memburu pakaian bekas, terutama jika produk yang dijual berasal dari luar negeri.

Media sosial memungkinkan pelaku usaha untuk berinteraksi langsung dengan pelanggan, mendengar masukan mereka, dan secara aktif merespons kebutuhan mereka mengenai informasi produk yang dijual.

Di Indonesia, mengacu pada hasil survei Goodstats mengenai preferensi gaya berpakaian (fashion style) anak muda Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 5-16 Agustus 2022 dengan melibatkan 261 responden, mayoritas responden atau sekitar 49,4% mengaku pernah membeli pakaian bekas dari hasil thrifting.  Sisanya, sekitar 34,5% mengaku belum pernah mencoba thrifting dan sebanyak 16,1% memilih untuk tidak akan pernah mencoba membeli barang hasil thrifting.

"Pada saat ini penjualan melalui media sosial cukup signifikan, namun tidak berlaku untuk barang-barang yang bisa dikatakan rare karena produk tersebut target pasarnya hanya para kolektor baju vintage," ujar Nabila selaku owner dari Cakep Boss.

Nabila menyatakan bahwa biasanya barang atau produk dengan nominal diatas Rp500.000 yang dilakukan negosiasi atau tawar-menawar dengan konsumen.
Nabila mengatakan, "waktu itu pernah ada baju yang bisa dikatakan cukup rare dengan harga pasaran biasanya di Rp6.000.000 hingga Rp7.000.000, tetapi setelah dilakukan negosiasi dan tawar-menawar dengan customer didapatkan kesepakatan dengan harga  Rp4.500.000."

Tetapi, pada saat membongkar bal thrift, owner Cakep Boss tidak selalu mendapatkan barang-barang yang rare, karena didalam setiap bongkaran bal biasanya barang thrift dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu barang kepala, badan, dan kaki. Serta, tidak semuanya bisa dijual karena tidak sedikit pula banyak produk yang banyak minusnya.
"Biasanya dalam satu bal ada barang barang yang minusnya terlalu parah sehingga tidak bisa dijual. Presentase pada umumnya biasanya barang yang tidak bisa dijual sejumlah 10%-20% dari barang bongkaran yang dari bal," tambahnya.

Artikel ini menunjukkan bahwa usaha UMKM Cakep Boss bukan hanya meningkatkan penjualan, tetapi juga memberikan dampak positif dalam membangun brand awareness yang kuat di kalangan konsumen yang semakin luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline