Lihat ke Halaman Asli

006_Bella Maulida Fatihah

Mahasiswi Aktif Universitas Muhammadiyah Malang-Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Problematika Belajar pada Anak

Diperbarui: 20 Juli 2022   09:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Negara Indonesia merupakan negara padat penduduk dan masih menduduki posisi negara berkembang dikarenakan kualitas penduduk yang masih rendah. Hal ini dapat diamati dari tingginya angka pengangguran di Indonesia yang berdampak pada turunnya grafik perekonomian. 

Meskipun demikian pemerintah Indonesia mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas penduduk di Indonesia salah satunya melalui pendidikan. 

Pendidikan menjadi hak dan kewajiban bagi seluruh warga Negara Indonesia. Pendidikan merupakan suatu proses yang dilangsungkan dengan tujuan mengembangkan kualitas diri setiap individu.

Belajar dan pembelajaran tentu bukan hal asing dalam dunia pendidikan. Keduanya merupakan proses yang bertujuan untuk mencapai hasil maksimal dalam menempuh pendidikan. Namun proses belajar seringkali mengalami kendala terutama pada anak, yang mengakibatkan timbulnya rasa malas dan rendahnya hasil belajar.

Kendala tersebut terjadi karena beberapa faktor seperti kurangnya dukungan dan motivasi dari orang tua. Orang tua merupakan tokoh utama yang berperan dalam perkembangan kognitif dan psikomotorik anak. Meskipun guru juga memiliki peran membimbing pada saat disekolah, namun anak akan lebih terikat dengan orang tua karena nalurinya. 

Sikap yang seharusnya dimiliki orang tua yaitu mendukung penuh hasil belajar anak, baik akademik maupun non akademik. Ketika anak mengalami kesulitan dalam proses belajar, orang tua tidak diperbolehkan memarahinya melainkan harus tanggap dan membimbing anak hingga memiliki semangat kembali. 

Problematika dalam proses belajar anak tidak hanya terkait dengan perlunya dukungan dari orang tua. Namun semakin pesatnya teknologi juga membawa dampak yang tidak hanya berdampak positif melainkan juga dampak negative.  

Dikutip dari CNN Indonesia bahwa ahli adiksi Perilaku dr. Kristiana Siste mengatakan angka yang  diperoleh berdasarkan survei kepada anak-anak dari 34 provinsi di Indonesia. Survei tersebut dilakukan kepada ribuan generasi muda di Indonesia pada Mei sampai Juli 2020. "Hasilnya adalah 19,3 persen remaja dan 14,4 persen dewasa muda kecanduan internet"

Pernyataan tersebut tentu mengacu pada problematika belajar pada anak. Hal ini dibenarkan karena pada usia dini, anak belum bisa memanfaatkan gadget dengan baik, tidak bisa mengontrol waktu pada saat bermain gadget. Apabila tidak ada pengarahan, anak akan semakin dekat dengan gadget dan melupakan kewajibannya untuk belajar. Bahkan lebih parahnya anak akan semakin malas membahas dunia pendidikan.

Sikap yang harus dimiliki sebagai orang tua ataupun guru yaitu selalu mengawasi aktivitas dan perkembangan belajar pada anak. Orang tua harus membatasi jam bermain gadget pada anak pada saat dirumah, dan mulailah mengajak anak melakukan aktivitas positif lainnya. Seperti berolahraga, berenang, bersepeda,ataupun berkebun. 

Selain orang tua guru juga berperan penting dalam mencegah anak kecanduan gadget. Seorang guru dapat memberikan motivasi semangat belajar dan memberikan penjelasan mengenai dampak negative dari gadget. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline