Lihat ke Halaman Asli

Kado Ultah ‘Terindah’ Tahun Ini

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13949852081883501597


Jumat, 14 Maret 2014, tepat pertambahan usiaku. Tak ada firasat apa pun sebelumnya. Niatnya hanya ingin makan di luar bersama sahabatku, Fiki. Ya sekadar traktir makan kecil dan cari kado.

Scoopy cokelat tua meluncur dari rumahku di Cempaka Putih menuju salah satu mal di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Rencana sih berangkat siang, tapi karena banyak ‘gangguan’ teknis kayak pompa ban, pasang kaca spion, dan cuci motor, akhirnya ba’da maghrib baru deh bisa jalan.

Nyampe mal. Biasalah cewek, lama muternya. Akhirnya jatuh cinta pada kemeja biru tua dan kotak-kotak merah muda.  Satu kado dari sahabatku kemeja biru tua, satunya lagi dari kocek sendiri, hehehe.. Lumayanlah ya buat tambahan koleksi kemejaku.

Cacing di perut rupanya mulai protes. Mampirlah di salah satu restoran, masih di mal yang sama. Makan malam singkat selesai. Sekitar setengah sembilan malam menuju parkiran, bersiap pulang.

Beberapa meter sebelum keluar parkiran, mampirlah sebentar ke ruang ATM, ya sekadar mengisi isi dompet yang memang sudah tak nampak lembarannya.

Rute dari mal itu menuju rumah memang mau tak mau harus melewati Terminal dan Pasar Senen. Setengah kencang roda berputar, tiba-tiba sahabatku menghentikan motornya dan mengeluarkan handphone tepat di samping Terminal Senen. “Nyokap gue telepon, nanti ajalah diangkatnya,” ujarnya.

‘Si Manis Upi,’ (begitu aku menyebut Scoopy-ku) kembali meluncur, lumayan kencang karena agak lengang malam itu. Perjalanan mulus hingga melewati kawasan Galur yang memang terkenal rawan kejahatan. Sampai akhirnya melewati Polsek Cempaka Putih dan  tepat di depan jalur cepat Hotel Grand Cempaka, dari arah belakang dan sebelah kanan, tiba-tiba sebuah motor (kayaknya sih Supra) dengan pengemudi laki-laki berperawakan besar, sendiri, menggunakan helm dengan kecepatan tinggi dan secepat kilat menyambar tas sophie martin warna hitam yang aku kempitkan di lengan kanan. Posisi tas pun saya taruh di tengah-tengah antara punggung Fiki dan dadaku, bukan di samping tangan.

Shock! Aku sempat menarik tas ku tapi sudah barang tentu, tenaga aku tak ada apa-apanya dibanding si penjambret itu. Lengan kanan sedikit terkilir dan memerah menahan tarikan tas, sementara sahabat saya, Fiki, kaki sebelah kanan berdarah menahan keseimbangan motor yang sempet oleng. Untung tak ambruk, pikir kami.

“Jambret.. Jambret.. Jambret..” Tak ada yang peduli. Kejar-kejaran sempat terjadi hingga perempatan Galur. Tapi sayang, seokan motor si penjambret bikin kita kehilangan jejak. Rupanya sahabat saya ini belum selihai Valentino Rossi di atas aspal.

Kehilangan arah. Kita pun putar balik menuju kantor polisi terdekat. Tak ada pengharapan apa pun di kantor yang katanya pelayan masyarakat itu. Tapi setidaknya kita bisa dapat selembar kertas untuk mengurus dokumen atau barang-barang kita yang hilang.

“Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa hari ini, Sabtu, 15 Maret 2014, pukul 21.39 WIB telah datang melapor ke Polsek Cempaka Putih mengaku kehilangan barang: tas sophie martin warna hitam, dompet warna hijau dan cokelat, KTP DKI, NPWP,  ATM BCA, Mega, Danamon, BNI (Alhamdulillah semua ada isinya), power bank, STNK, SIM, Blackberry Javelin, dan uang tunai sekitar Rp 3,3 juta.”

Yaahh.. Itulah setidaknya yang ada di dalam tas warna hitam itu. Semuanya ludes! Aku dan sahabatku hanya terduduk  lemas dan pasrah. Nampak  bodoh karena tak ada perlawanan sama sekali. Laporan di kantor polisi pun hanya catatan di atas kertas.

Ternyata, kado ulang tahun terindah tahun ini bukan kemeja biru tua dari sahabatku atau pun jam tangan casio putih dari adikku. Tapi, sekejap pengalaman yang ‘merenggut’ semua isi jerih payah kami sebagai buruh tinta.

Pelajaran yang perlu diambil:

-Jangan pernah menaruh uang kas berlebih di dalam dompet atau tas. Cukup bawa seadanya.

-Untuk cewek, jangan pernah berkendara motor di malam hari di daerah rawan

-Jangan sekali-kali berhenti di tengah jalan dan mengeluarkan benda berharga sekalipun hanya untuk mengangkat telepon

-Hindari menarik uang di ATM pinggir jalan, rawan pengintaian

-Sebisa mungkin pakailah tas ransel jika berkendara motor, meskipun tas cewek dikempit tetap mudah untuk diambil secara paksa

Semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik dan berkah, amin..

_sangdewi_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline