Lihat ke Halaman Asli

Hilman Fadil

Mahasiswa

Si Ambisius Acak-acakan

Diperbarui: 25 Oktober 2023   05:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara alarm berdering begitu nyaring mengusik tidur nyenyak Firzha. Dia enggan membuka mata namun akhirnya terpaksa ia buka.

"Anj*ng" Firzha terkejut melihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul 9 pagi , Tanpa mandi dan sarapan ia langsung bergegas bersiap menuju kampus untuk menghadiri kelas yang pada hari itu kebetulan juga dimulai jam 9 pagi. Namun saat sampai didepan kelas Firzha menyadari bahwa kelas perkuliahan saat itu sudah dimulai dengan perasaan takut dan ragu ragu Firzha memberanikan diri untuk memasuki kelas tersebut

"Permisi pak.. " Belum sempat menyelesaikan percakapannya Firzha langsung mendapatkan penolakan dari dosen yang saat itu mengajar.

Bukannya sedih justru hal ini menjadi momentum bagi Firzha untuk dapat menyalurkan hobby nya di Studio musik. Reza yang emang teman siap sedia Firzha ikut menemaninya menghabiskan waktu bersama ditempat tersebut.

Jam yang sudah menunjukan pukul 2 siang mengingatkan Firzha bahwasannya ia memiliki agenda meeting bersama rekan bisnisnya.

"Ntar kita main lagi ya za sorry nih gua lupa ada meeting hari ini"

"Iya zha aman, ntar kita atur agenda lagi"

Seusai berpamitan dengan reza , Firzha langsung berangkat menuju tempat yang sudah ditentukan jauh jauh hari, Namun benar bahwa banyak hal hal didunia ini yang bisa terjadi tanpa harus persetujuan kita , Ibarat pepatah kita punya kemauan tapi semesta punya keadaan.

Lagi lagi firzha telat dan janji yang sudah di agendakan jauh jauh hari harus terpaksa dibatalkan. Bisnis serta ide yang selama ini sudah dibangun hancur seketika , kepercayaan klien yang ia coba rawat selama ini hilang begitu saja akibat kelalaiannya sendiri tapi apa boleh buat nasi sudah jadi bubur menyesalpun tidak merubah apa apa

Dari kejadian hari ini Firzha sadar akan hal hal yang seharusnya ia jadikan prioritas justru secara tidak langsung ia jadikan second option. Dengan lapang dada Firzha harus menerima kesulitan yang ia dapat akibat ulahnya sendiri.

Diperjalanan pulang menuju rumah Firzha terus merenungkan apa yang hari ini ia lalui

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline