Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Asrof

UIN Jakarta

Pesan Tersembunyi di Balik Coretan Analisis Satir dalam Corat-Coret di Toilet

Diperbarui: 29 Oktober 2024   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Eka Kurniawan, dalam kumpulan cerpen Corat-Coret di Toilet, menggunakan pendekatan yang unik dalam mengkritik kondisi sosial-politik Indonesia. Melalui cerita berjudul sama, Kurniawan menampilkan narasi yang tampak sederhana namun penuh makna tersirat. Dengan memilih lokasi tidak biasa---sebuah toilet---penulis menghadirkan ruang yang biasanya dipandang remeh menjadi panggung utama bagi suara-suara yang terpinggirkan. Coretan-coretan pada dinding toilet menjadi simbol dari ketidakpuasan, pemberontakan, dan frustrasi masyarakat terhadap ketidakadilan dan penindasan.

Dalam cerpen ini, protagonis utama tidak ditampilkan dalam bentuk individu, melainkan coretan-coretan di dinding yang dihasilkan oleh anonim---seseorang atau beberapa orang yang tidak diketahui identitasnya. Setiap coretan mencerminkan suara dari lapisan masyarakat yang merasa tak terdengar oleh penguasa. Dari kalimat-kalimat kasar hingga pesan politik, toilet tersebut menjadi medium bagi masyarakat bawah untuk mengekspresikan perasaan mereka. Ini memperlihatkan ironi besar bahwa pesan penting justru harus dituangkan di tempat yang ko dipandang tidak layak. Kurniawan dengan cerdas mempermainkan ruang toilet yang identik dengan kotoran, sebagai representasi dari kekotoran sosial.

Di balik kesederhanaannya, cerpen ini mengandung kritik tajam terhadap kondisi politik dan sosial Indonesia, terutama di era Orde Baru. Pesan-pesan yang dituliskan di dinding toilet mencerminkan frustrasi rakyat yang mengalami represi politik dan kebebasan berekspresi. "Turunkan harga sembako!" adalah salah satu coretan yang menggambarkan keresahan masyarakat terhadap situasi ekonomi yang semakin memburuk. Sebagai masyarakat yang hanya memiliki sedikit cara untuk menyampaikan protes mereka secara terbuka, toilet menjadi tempat yang aman untuk mengekspresikan pendapat secara bebas.

Satir dalam Corat-Coret di Toilet tidak hanya tercermin dalam kritik sosial, tetapi juga dalam cara tokoh-tokoh dalam cerpen merespons situasi tersebut. Salah satu karakter, petugas kebersihan yang bekerja di toilet itu, tidak memedulikan makna di balik coretan-coretan tersebut. Ia hanya melihat coretan sebagai bagian dari pekerjaannya yang harus dihapus setiap hari. Hal ini menggambarkan apatisme masyarakat terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di sekeliling mereka. "Ah, anak muda zaman sekarang," keluhnya tanpa memikirkan lebih jauh pesan yang ditinggalkan di dinding.

Coretan pada dinding toilet menjadi simbol yang kuat tentang bagaimana suara-suara rakyat kecil sering kali diabaikan atau dipandang sebelah mata. Toilet, sebagai tempat yang biasanya tidak dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari, menjadi medium untuk mengungkapkan protes mereka. Kurniawan secara cerdas menunjukkan bahwa ruang publik terkecil pun bisa menjadi tempat perlawanan, meski dalam bentuk yang sangat sederhana.

Lebih dari itu, Corat-Coret di Toilet juga mengeksplorasi tema tentang ruang dan kekuasaan. Toilet adalah tempat yang sempit, gelap, dan terisolasi---simbol dari keterbatasan ruang ekspresi di bawah pemerintahan otoriter. Namun, justru di tempat yang sempit itulah, kebebasan berekspresi masih bisa muncul, meski terbatas. Ini memperlihatkan ketegangan antara kekuasaan yang menindas dan individu yang mencari cara untuk mengekspresikan diri.

Eka Kurniawan juga menggunakan elemen satir dalam bagaimana coretan-coretan tersebut diabaikan oleh pihak berwenang. Coretan yang berisi kritik keras terhadap pemerintahan atau kondisi sosial tidak pernah sampai ke pihak yang seharusnya mendengarnya. Hal ini menunjukkan bagaimana suara rakyat kecil sering kali tidak pernah mencapai telinga mereka yang berkuasa.
Dalam cerpen ini, toilet juga bisa dibaca sebagai metafora untuk ruang publik yang lebih luas, di mana kebebasan berekspresi dibatasi. Kurniawan seolah ingin mengatakan bahwa meskipun ruang publik dikontrol ketat oleh pemerintah, rakyat selalu menemukan cara untuk melawan dan menyampaikan pendapat mereka, meski melalui medium yang tidak konvensional seperti dinding toilet. Ini adalah bentuk perlawanan yang sunyi, tetapi tidak kalah signifikan.

Karya ini juga menggambarkan kontradiksi dalam kehidupan masyarakat modern, di mana fasilitas modern seperti toilet bersih hadir di tengah masyarakat yang masih bergulat dengan ketidakadilan ekonomi dan sosial. Toilet, yang menjadi simbol kebersihan dan modernitas, diwarnai oleh coretan-coretan yang mengekspresikan kemarahan dan rasa frustasi terhadap situasi yang mereka hadapi.

Kurniawan tidak hanya mengkritik pemerintahan yang otoriter, tetapi juga masyarakat yang acuh tak acuh terhadap perubahan. Coretan-coretan di toilet adalah refleksi dari ketidakmampuan masyarakat untuk menyampaikan perlawanan mereka dengan cara yang lebih terbuka. Mereka memilih jalan yang lebih tersembunyi, yang ironisnya justru lebih efektif dalam menyuarakan kebenaran yang tak bisa diungkapkan secara terang-terangan.

Dengan demikian, Corat-Coret di Toilet menjadi simbol dari kondisi sosial-politik Indonesia yang penuh dengan represi dan keterbatasan kebebasan berekspresi. Kurniawan memperlihatkan bagaimana masyarakat bawah berusaha untuk melawan melalui medium apa pun yang mereka bisa akses, meskipun harus dilakukan secara tersembunyi dan penuh risiko.

Secara keseluruhan, satir dalam cerpen ini bukan hanya menyentil kekuasaan yang menindas, tetapi juga masyarakat yang cenderung apatis terhadap kondisi mereka sendiri. Pesan tersembunyi di balik coretan-coretan itu adalah panggilan bagi semua orang untuk lebih sadar dan kritis terhadap situasi sosial di sekeliling mereka. Eka Kurniawan berhasil menggunakan ruang yang tak lazim---dinding toilet---sebagai medium kritik yang kuat terhadap kekuasaan dan ketidakadilan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline