Aroma tanah becek, menyibak penciuman.
Pohon-pohon rindang tetap dalam barisan.
Gemercik air dari puncak daun,
tak menghapus sukma yang sedu.
Gaduh riuh
meninggalkan rapuh.
Meratapi sepi, karena dosa sendiri.
Tersesat mencari jalan pulang,
diantara cekaman misteri belantara; menderita.
Gelap dan suram; mencekam.
Bibir terus bergetar, tak terhenti.
Daun-daun basah
gemulai jatuh ke tanah.
Meruak, tenggelam di dalam genangan air.
Perlahan, silir semilir angin menusuk pundak.
Menyejukkan sesaat.
Seolah ada jawaban akan ampunan dosa.
Aku,
bersimpuh berlafadz doa,
melirihkan ampunan.
Kepada Yang Kuasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H