Mohon tunggu...
Amorsa
Amorsa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kata-kata menjadi teman cerita

Perempuan yang ingin berkelana berburu cerita

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Belantara

11 Maret 2021   23:01 Diperbarui: 11 Maret 2021   23:03 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aroma tanah becek, menyibak penciuman.
Pohon-pohon rindang tetap dalam barisan.
Gemercik air dari puncak daun,
tak menghapus sukma yang sedu.

Gaduh riuh
meninggalkan rapuh.
Meratapi sepi, karena dosa sendiri.
Tersesat mencari jalan pulang,
diantara cekaman misteri belantara; menderita.

Gelap dan suram; mencekam.
Bibir terus bergetar, tak terhenti.

Daun-daun basah
gemulai jatuh ke tanah.
Meruak, tenggelam di dalam genangan air.

Perlahan, silir semilir angin menusuk pundak.
Menyejukkan sesaat.
Seolah ada jawaban akan ampunan dosa.

Aku,
bersimpuh berlafadz doa,
melirihkan ampunan.
Kepada Yang Kuasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun