Kisah di atas juga dapat menjadi penanda dari rekam jejak seorang Kiai Ma'ruf. Perjalanannya yang panjang dalam dunia politik dan aktivitas sosial lainnya pastinya juga diikuti dengan nilai-nilai kebaikan. Ini yang bisa ditiru dan menjadi inspirasi bagi kita.
Kemudian, terkait dengan situasi kita hari ini, rekam jejak itu juga penting untuk menunjukkan sisi integritas seseorang. Inilah yang membedakan sebuah kualitas dan kapabilitas dari seorang kandidat pemimpin.
Menurut teori yang banyak dianut hari ini, sistem demokrasi begitu diminati oleh milyaran orang di dunia karena kemampuannya memberika ruang bagi rakyat untuk memilih pemimpin yang terbaik. Terma 'terbaik' ini sekurang-kurangnya meliputi kualitas, kapabilitas, dan rekam jejak.
Dua nilai pertama, kita mungkin saja percaya. Tetapi mengapa rekam jejak juga turut penting? Karena itu terkait dengan pembuktian dari dua nilai sebelumnya.
Rekam jejak ini menjadi penegas atas klaim kualitas dan kapabilitas dari seorang kandidat. Siapapun boleh saja mengklaim dirinya berkualitas dan berkemampuan, namun semuanya harus dibuktikan di altar rekam jejaknya.
Dari rekam jejak itu kita bisa menilai seorang kandidat pemimpin benar-benar berkualitas dan berkemampuan, atau hanya sekadar hasil polesan media.
Peta kompas ini, juga bisa kita gunakan untuk menilai seorang calon pemimpin, pantas atau tidak, jika memimpin Indonesia untuk masa lima tahun mendatang. Tujuannya mudah saja, agar 'kita tak membeli kucing dalam karung'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H