Mohon tunggu...
Eva Rahayu
Eva Rahayu Mohon Tunggu... -

Gadis remaja yang penuh rasa keingintahuan, kritis, gemar membaca, menulis, dan penyuka seni fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Siapapun Anda, Apapun Profesi Anda. Urgent! Need a Help, Please.. Thanks Before...

6 Juli 2012   23:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:13 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Well, saat kau kira itu semua hanya sebuah kembang tidur yang akan segera lenyap darimu ketika kau terbangun, kau salah. It’s real. Kau buka hp-mu dan kau mendapati pesan-pesan kemarin yang belum sempat terhapus.

Tragedi 26 Mei 2012. Sesuatu banget. Hal yang tak pernah hilang dari memori di otakmu. Betapa senangnya hingga kau tonggakkan kepalamu ke atas karena sebuah kabar yang menyatakan bahwa kau mendapatkan kesempatan untuk mengikuti SNMPTN jalur undangan. Dan beruntungnya, namamu juga tercantum sebagai calon peserta bidik misi (beasiswa dari pemerintah untuk anak ekonomi prasejahtera berprestasi). Dan harapan itu pun dengan cepat segera musnah tatkala kau melihat hasil di malam minggu pukul 6 P.M. pada Mei, 26.

Dan seperti yang lainnya, kau mengalami guncangan yang begitu dahsyat ketika menyadari kenyataan pahit itu. Terlebih dengan angan-angan dan semua rencana yang telah kau taburkan dalam mimpimu. Berbagai rencana dan … semuanya hancur seketika. Beruntung kau hanya larut dalam “kesengsaraan hidup” itu di lima puluh menit pertama. Karena dengan bijak kau mengambil tindakan untuk sendiri dan merenungi segalanya. Yah, kau memang sedikit angkuh. Tak dipungkiri kau pun sedikit takabur. Tak jarang kau enggan untuk melaksanakan sholat lima waktu, beristiqomah untuk melakukan ibadah sunnah-sunnah lainnya. Apapun itu yang disebut ikhtiar. Parahnya lagi, kau masih tak pedulikan apa yang guru lesmu terangkan. Kau pikir, “Untuk apa? Aku akan mendapatkan undangan itu!” dan ketika semuanya tak sesuai rencanamu, kau jatuh.

Sekali kau jatuh, kau bangun lagi. Kau sadar di luar sana masih banyak orang yang memang lebih layak mendapatkannya. Orang-orang yang berikhtiar dengan maksimal. Rajin melakukan ibadah dan amalan sunnah. Setiap hari mengemis kepada Tuhan untuk dikabulkan doanya. Sedangkan kau?

Mencoba bercermin dari itu kau bangkit dan menguji kembali peruntunganmu di jalur SNMPTN tulis. Wow, kau baru menyadari betapa bodohnya kau telah mengacuhkan penjelasan guru lesmu dengan hanya mendengarkan sambil lalu dan tidak bersungguh-sungguh. Kau menyadari tak ada pilihan lain untuk memanfaatkan sisa waktumu dengan belajar extraordinary giat. Hingga tibanya waktu tes, kau sedikit tak merasakan apa pun. Kau memang gemetar, kau memang takut. Namun kau sama sekali biasa saja. Mulut dan hatimu berbicara berbeda. Namun kau tetap mencoba meyakinkan dirimu dengan mengatakan hal yang kau inginkan terjadi padamu. Nampaknya UGM memang bukan jodoh yang tepat untukmu. Sekali lagi dia menolak pinanganmu. Dan kali ini kau mati rasa hanya untuk lima menit pertama. Kau hanya butuh waktu untuk menghirup udara dalam-dalam sampai akhirnya kau mempunyai keberanian lagi membuka laptopmu dan memastikan hasil itu akurat.

Kenyataan yang memang sangat pahit di umur 19 ini. Dari awal kau memasuki umur 19 kau memang sudah berburuk sangka. “Ini akan menjadi umur yang berat bagiku…” Dan berbagai cobaan itu pun datang. Dalam benakmu, umur 18 adalah umur paling sempurna. Umur yang membawamu pergi ke US for free seperti yang kau cita-citakan. Umur di mana kau mendapatkan arti persahabatan yang sebenarnya. Umur yang membuatmu sadar arti kehilangan. Dan juga umur yang membuatmu bangga karena hampir semua hal yang kau selalu impikan dapat kau dapatkan secara cuma-cuma. Mungkin yang terbaik adalah kau bisa mengenal lebih dekat orang-orang outstanding yang sebelumnya hanya di angan. Akhirnya, setelah umur 18 itu pergi, kau pun merasakan rasa paranoid yang luar biasa. Kau mencoba untuk menghibur diri dengan menulis dan menggambarkan apa yang kau inginkan di benakmu. Dan kau berhasil. Untuk sementara.

Jadi, apa pendapatmu tentang sosok yang kutuliskan? Apakah dia naïf? Atau munafik? Namun di balik semua bencana yang datang, salutlah pada dirinya karena dia tetap berdiri tegak layaknya karang yang diterjang badai. Dan kali ini, dia sedikit lebih merundukkan hatinya untuk mencoba lebih sederhana dan tak terlalu percaya diri akan segalanya. Ada sedikit kebahagiaan, mungkin banyak, karena di balik itu dia tahu manakah di antara sejubun teman-temannya yang benar-benar menjadi teman bahkan saudara dan mana yang hanya sekadar label.

Untungnya, sebelum semuanya terjadi dia sudah mendaftar di beberapa universitas swasta untuk jurusan yang disukainya. International Business Management-Binus dan Manajemen –Trisakti yang keduanya disenanginya. Sekarang, dia hanya perlu tahu, manakah yang terbaik untuknya?

1.Binus-IBM. Melalui tes, dia mendapat potongan 75% di awal. Sebuah jurusan yang sangat baru di Binus bahkan di Indonesia. Dan mungkin hanya satu-satunya di bumi pusaka ini. Dengan sudah berbekal mengintip sedikit SKS-nya, dia pun menyukainya. Sangat malah. Namun dia sedikit khawatir karena dia sempat melewatkan saat kuliah bersama karena kesibukan menyiapkan SNMPTNnya dan juga karena Binus di Jakarta! (Dia sekolah di Malang, dia pasti berpikir dua kali untuk berangkat. Masalah akomodasi dan pertimbangan meninggalkan intensif SNMPTN). Dan dia takut, jika memilih Binus, apakah akan berpengaruh ke nilainya nanti mengingat dia pernah “bolos” di kuliah akbar pertama?

2.Trisakti-Manajemen. Masih dengan jalur tes, dia berhasil mendapatkan beasiswa. Dihitung dari nominal, kesempatan ini begitu bersaing.

Keduanya sama-sama berada di Jakarta dan tentunya sangat bagus karena wilayah industri. Jadi, menurut anda, manakah yang terbaik? Jika masalah uang dikesampingkan dan hanya melihat mutu dan prospek ke depannya bagaimana? Sangat dibutuhkan great opinion dari para pembaca. Dan ini tak lebih dari 24 jam ke depan. Mohon bantuannya.

P.S.:

Semoga pilihan itu nantinya akan bisa membawanya ke cita-cita yang ia idamkan sejak mengenal istilah, business woman. ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun