Mohon tunggu...
A Moetyara
A Moetyara Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Merupakan pelajar di FISIP UIN Jakarta dan hobi mendegar lagu, berdiskusi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pengembangan Nuklir di Semenanjung Korea terhadap Hubungan Diplomatik Global dan Upaya Pelucutan Senjata

14 September 2024   09:27 Diperbarui: 14 September 2024   09:30 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Andi Moetyara Dwi

11211130000075

  • Latar Belakang dan Sejarahnya

Pengembangan senjata nuklir di Semenanjung Korea, khususnya oleh Korea Utara, telah menjadi salah satu masalah keamanan internasional yang paling kritis dalam beberapa dekade terakhir. Sejak Korea Utara secara terbuka menguji senjata nuklirnya pada tahun 2006, ketegangan di Asia Timur meningkat, yang tidak hanya mempengaruhi stabilitas regional tetapi juga dinamika hubungan diplomatik global. Ancaman senjata nuklir dari Korea Utara memberikan tantangan yang signifikan bagi komunitas internasional, khususnya dalam upaya menegakkan rezim non-proliferasi dan menjaga perdamaian global melalui upaya perlucutan senjata (Hecker, 2010).

Sejumlah besar negara dan organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Dewan Keamanan, telah menerapkan berbagai sanksi dan kebijakan yang bertujuan untuk membatasi kemampuan nuklir Korea Utara (Dewan Keamanan PBB, 2021). Namun, terlepas dari upaya diplomasi dan tekanan internasional, Korea Utara terus meningkatkan program nuklirnya, memperburuk situasi proliferasi nuklir global dan menciptakan ketegangan diplomatik antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia (Cha & Katz, 2018). Situasi ini juga berdampak pada komitmen global terhadap Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), karena keberhasilan Korea Utara dalam mempertahankan kemampuan nuklirnya dapat mendorong negara lain untuk melakukan hal serupa (Bajoria & Xu, 2013).

  • Sejarah Program Nuklir Korea Utara

Program nuklir Korea Utara dimulai pada tahun 1950an dengan bantuan dari Uni Soviet, yang membantu negara tersebut membangun fasilitas nuklir untuk tujuan energi (Wit, Poneman, & Gallucci, 2004). Namun, pada akhir tahun 1980an, tujuan program nuklir Korea Utara telah bergeser, dengan indikasi kuat bahwa negara tersebut berupaya mengembangkan senjata nuklir sebagai bagian dari kebijakan pertahanan nasionalnya (Albright & Brannan, 2007). Perubahan ini terjadi di tengah ketidakstabilan politik, termasuk runtuhnya Uni Soviet dan meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat dan sekutunya di Asia Timur (Kim, 2018).

Pada tahun 1994, Korea Utara menandatangani Kerangka Kerja yang Disepakati dengan Amerika Serikat, di mana Korea Utara berjanji untuk membekukan program nuklirnya sebagai imbalan atas bantuan energi (The Korean Peninsula Energy Development Organization, 2007). Namun, pada awal tahun 2000-an, perjanjian ini gagal, dan Korea Utara secara terbuka menyatakan bahwa mereka telah melanjutkan program nuklirnya (Hecker, 2010). Situasi mencapai puncaknya pada tahun 2006 ketika Korea Utara melakukan uji coba nuklir pertamanya, diikuti dengan uji coba berikutnya pada tahun 2009, 2013, 2016, dan 2017 (Padden, 2021). Setiap uji coba meningkatkan ketegangan internasional, terutama di Asia Timur, di mana negara-negara seperti Korea Selatan dan Jepang merasa terancam secara langsung oleh kemampuan nuklir Korea Utara (Cha, 2018).

Upaya internasional untuk mengekang pengembangan nuklir Korea Utara melalui diplomasi, seperti Perundingan Enam Pihak yang melibatkan Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Rusia, Korea Utara, dan Korea Selatan, gagal mencapai denuklirisasi yang konkrit (Bajoria & Xu, 2013). Meskipun terdapat berbagai upaya diplomasi, termasuk pertemuan bersejarah antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump pada tahun 2018 dan 2019, belum ada kesepakatan jangka panjang yang tercapai untuk menghentikan pengembangan nuklir Korea Utara secara permanen (Cha & Katz, 2018). 

Dampak Terhadap Hubungan Diplomatik Global

  • Ketegangan dengan negara-negara tetangga (Korea Selatan, Jepang, China).

Pengembangan kapabilitas nuklir di Semenanjung Korea memiliki dampak penting terhadap hubungan diplomatik global dan upaya pelucutan senjata. Pengembangan ini dapat meningkatkan ketegangan dengan negara-negara tetangga seperti Korea Selatan, Jepang, dan Tiongkok. Selain itu, hal ini juga dapat mempengaruhi stabilitas politik dan ekonomi di kawasan Asia Timur. Upaya pelucutan senjata di kawasan ini bertujuan untuk mengurangi risiko konflik dan meningkatkan stabilitas politik. Namun, pengembangan kapabilitas nuklir dapat mempersulit upaya tersebut karena dapat meningkatkan kemampuan militer negara-negara di kawasan ini (Aprilia Putri Adiningsih, 2022). Dalam konteks ini, diperlukan upaya diplomatik untuk mengurangi ketegangan dan meningkatkan stabilitas politik di Asia Timur, seperti melalui dialog dan kerja sama antar negara negara di kawasan tersebut.

  • Respons Amerika Serikat dan sekutu

Amerika Serikat dan sekutunya merespons dampak pengembangan nuklir di Semenanjung Korea terhadap hubungan diplomatik global dan upaya pelucutan senjata melalui kombinasi inisiatif diplomatik, sanksi ekonomi, dan deterensi militer. Dalam hal inisiatif diplomatik, Amerika Serikat melakukan beberapa putaran pembicaraan dengan Korea Utara, termasuk Pembicaraan Enam Pihak, untuk membujuk Pyongyang meninggalkan program nuklirnya. Amerika Serikat juga bekerja sama dengan sekutunya, seperti Korea Selatan dan Jepang, untuk mengkoordinasikan respons yang seragam terhadap pengembangan nuklir Korea Utara. Sanksi ekonomi adalah komponen kunci lainnya dari respons Amerika Serikat. Amerika Serikat mengimpor berbagai sanksi terhadap Korea Utara, termasuk pembatasan perdagangan dan sanksi keuangan, untuk memaksa Pyongyang meninggalkan program nuklirnya. Dalam hal deterensi militer, Amerika Serikat mempertahankan kehadiran militer yang signifikan di kawasan tersebut, termasuk di Korea Selatan dan Jepang, untuk mencegah Korea Utara menggunakan senjata nuklirnya (Relations, 2024). Secara keseluruhan, Amerika Serikat dan sekutunya berusaha untuk mengatasi dampak pengembangan nuklir di Semenanjung Korea melalui kombinasi langkah-langkah diplomatik, ekonomi, dan militer.

  • Peran organisasi internasional, seperti PBB dan sanksi global

Organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), memainkan peran penting dalam mengatasi pengembangan nuklir di Semenanjung Korea. Adapun peran organisasi internasional dalam mengatasi masalah ini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun