--lustrum musim tumbuh
Dan begitulah aku menemukan dirimu: di jazirah
Yang tersekap bau kecut penikaman. Selangkah
Dari wilayah pedih. Lambaian mata jadi isyarat
Bagi notasi melankolia; lagu keluh yang berbaris
Di tubir kenangan. Melingkari petak-petak ingatan
Malam-malam seringkali direngkuh rasa sendiri
Meski kita tengah membopong frekuensi kegaduhan
Atau memutar ritmis perjamuan yang rikuh
Begitulah aku menemukan dirimu: selangkah dari
Wilayah pedih. Pekat yang tersaruk di luar dinding
Tempiaskan keributan di jalanan carut-marut
Dan setiap goresan menipis di pelipismu
Sewaktu kulerai kau dari gelagat badai. Dari senyap
Yang berumbai pada noktah perputaran waktu
Tapisubuh terasa menakutkan ketika aku digeledah
Oleh lentik birahi. Sebab di rongga jantungku
Telah kusembunyikan degup Isytar
“Kisahkan tentang renyah perkasihan,” desahmu
Suhu udara lalu bertukar rupa. Dan kita bicara
Dengan logat yang terhenyak selama bertahun-tahun
Mendulang celaan dari kuyupnya ritual perkawinan
Sebelum kemudian melorot ke dalam arus ledakan
Berotasi kembali dalam molekul-molekul sunyi
Menjadi serpihan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!