Terkadang aku menjadi pemikir yang sok serius Bagaimana mungkin aku jadi pemikir??? Sedangkan puing-puing kisah kita telah berhamburan menjadi bara yang mengamuk aku kini jadi pecundang yang berlagak jadi sosok yang kuat Kekasih..... Kau telah mematahkan jarum jammnya!! Dan tepat diluka yang kau toreh kau ciptakan tarian kematian Ujung jarum jam itu kau gores lagi ke dalam lukaku yang hampir menganga Kekasih....... Denting itu semakin jelas kudengar walau jarum jamnya telah kau patahkan Denting itu makin jelas di telingaku bak serdadu yang siap meluluh lantahkanku hingga mampus!!! Denting itu makin menyerangku hingga menyusup kedalam sel rongga sarafku Dia bahkan menyedot jiwaku dari raga ini Kekasih ...... Dapatkah kau hentingkan denting itu ?? Dapatkah kau hentikan tarian yang menurutku itu tarian kematian ?? Kekasih .... Dapatkah kau sedikit menyentuh luka ini dengan ujung jarimu Tak usah risau jemarimu tidak akan berbekas merah Karena merah itu telah aku ubah jadi tetesan air yang bermuara dilapisan bola mata ini Kekasih ...... Jika jemarimu telah menyentuh goresan jarum yang kau torehkan tepat di hati ini Aku berharap denting itu berhenti Agar tak kudengar lagi tarian serta nyanyian kematian jiwaku Lalu ... akupun berlalu dari masa kisah kita Aku hilang bersama angin Dan kini kekasih .... Lihatlah ujung jemarimu, ada tetesan air yang seakan menjelma jadi tetesan embun Dapatkah kau isyaratkan kepada dedaunan Bahwa itu bukti dari ketulusan dari seorang yang terbuang ?? Kini aku terasing diantara mereka,tapi .. tak mengapa kekasih!! Tetesan di ujung jemarimu adalah pembuktian Bahwa luka yang kau toreh telah ku ubah dari merah menjadi tetesan air yang berkilau Telah kau ajari aku arti kehilangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H