Minggu, 7 Oktober 2018, saya mengikuti pertemuan perdana atau kopdar Revolusi Kedai Kopi (RKK) Aceh di Kedai Kupi. Saat pertama kali melihat e-flyer kegiatan muncul di grup Whatsapp, saya pun langsung tertarik mendaftar, apalagi melihat temanya yang idealis, yaitu Menarasikan Imajinasi Indonesia Masa Depan.
Hujan yang mengguyur Aceh bukan halangan untuk suami mengantar saya ke lokasi kegiatan yang cukup jauh dari tempat kami. Untungnya setiba di sana, kegiatan belum dimulai.
Pukul 16.30, Gilman, Tim RKK dari Jakarta sebagai moderator memulai kegiatan dengan berbagai argumen menarik, tentang siapapun di RKK itu berbeda instrumen tapi semua boleh bersuara, tentang tidak perlunya risih menjadi berbeda karena siapapun adalah tuan dari gagasan masing-masing.
Selanjutnya, Gilman mempersilahkan Fahd Pahdepie dan Bang Adam sebagai pemantik diskusi sore yang tidak hanya penuh guyuran hujan, tapi juga guyuran semangat.Â
Bang Adam sebagai pemuda Aceh mengemukakan bahwa Aceh harus terus bergerak ke depan, apalagi konflik selama 32 tahun membuat Aceh tertinggal dari berbagai hal.Â
Selain itu tsunami yang melanda Aceh Di tahun 2004 menjadi 2 alasan tentang pentingnya membuat pergerakan ke depan, khususnya memajukan pendidikan di "disruptive era" seperti sekarang.Â
Bang Adam memberikan inspirasi dari cerita hidupnya sebagai pemuda kampung yang akhirnya bisa maju karena tidak pantang mundur mengejar cita-citanya.
Pemantik selanjutnya dipaparkan Fahd Pahdepie yang sore itu disapa Bang Fahd. Bang Fahd mengemukakan berbagai hal tentang RKK, misalnya:
1. RKK Â yang dirancang sebagai platform diskusi.
2. Pemilihan kata Revolusi sebagai perubahan yg cepat dan dikerjakan sepenuh hati sehingga memang diperlulan revolusi cara pandang.
3. Pemilihan kata Kedai Kopi dengan harapan diskusi orang muda yang saat ini berjumlah 62 persen yang biasanya di Kedai Kopi bisa menumbuhkan gagasan-gagasan cerdas untuk bangsa yang lebih maju. Selain itu di kedai kopi, kita bisa menggabungkan para orang muda yang memiliki karya  intelektual , menguasai material (enterpreneur) serta mereka yang bergelut di bidang politik.
Kedua pemantik sore itu jelas menggugah khasanah keingintahuan yang hadir. Tidak mengherankan banyak yang memberi argumentasi, sebut saja dari kalangan mahasiswa, seorang ketua Badan Eksekutif, Perwakilan Himpunan bahkan pegiat sosial, termasuk saya.Â
Sore itu, saya seperti menemukan banyak pemikir muda Aceh yang berasal dari berbagai kalangan di RKK. Harapan saya sederhana, bisa bertemu di RKK selanjutnya dengan berbagai gagasan tentang Indonesia yang lebih baik dari para tuan dan puan gagasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H