Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Surface Learning Menuju Deep Learning

5 Maret 2025   10:20 Diperbarui: 5 Maret 2025   10:20 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidik memastikan peserta didik memahami intruksi yang disampaikan. dokrpi

Pembelajaran menjadi sebuah proses perjalanan memahami, mengaitkan, dan menerapkan ilmu dalam kehidupan nyata. Seorang pendidik yang baik tidak langsung membawa peserta didik ke dalam pemikiran mendalam tanpa terlebih dahulu memberi mereka fondasi yang kuat. Oleh karena itu, sebelum sampai pada deep learning, ada tahapan surface learning yang harus dilalui. Proses ini berjalan secara bertahap. Berikut secara sederhana saya tuliskan empat tahapan yang, semoga, bisa kita upayakan bersama. Sekali lagi teman-teman pendidik, mari kita terus belajar untuk memberikan pelayanan terbaik di kelas kita, ya!

Dari Mudah ke Sulit
Pembelajaran yang baik dimulai dari hal-hal yang sederhana dan mudah dipahami. Seperti anak kecil yang belajar berjalan sebelum berlari, peserta didik perlu diberikan konsep dasar terlebih dahulu sebelum menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Dengan langkah ini, mereka tidak akan merasa kewalahan, melainkan percaya diri untuk terus maju. Misalnya dalam bahasa Indonesia saat mengajarkan teks eksposisi, peserta didik pertama-tama diperkenalkan dengan pengertian teks eksposisi secara sederhana. Setelah itu, mereka diajak mengenali ciri-ciri dasar, seperti adanya gagasan utama dan fakta pendukung. Baru setelah memahami ini, peserta didik mulai diajak menganalisis teks eksposisi yang lebih panjang dan kompleks. Pada sesi akhir pembelajaran, mereka diharapkan bisa menulis teks eksposisi sendiri dengan struktur yang baik.

Dari Sederhana menuju Kompleks
Konsep yang sederhana menjadi pijakan menuju pemahaman yang lebih mendalam. Misalnya, sebelum memahami bagaimana sebuah teks argumentasi dibangun, peserta didik harus terlebih dahulu mengenal kalimat utama, pendapat, dan dan argumen. Dengan demikian, ketika berhadapan dengan teks yang lebih kompleks, mereka sudah memiliki bekal yang cukup untuk menganalisis dan mengembangkan pemikiran mereka sendiri. Contoh yang lain saat mempelajari puisi, peserta didik tidak langsung diminta menganalisis makna simbolik atau pesan moral dalam puisi-puisi sastra berat. Sebagai langkah awal, mereka diperkenalkan dengan struktur puisi, seperti larik, bait, rima, dan majas yang sering digunakan. Setelah itu, mereka diajak membedah puisi pendek yang lebih sederhana sebelum akhirnya mampu menginterpretasikan puisi yang lebih dalam, misalnya karya Chairil Anwar atau Sapardi Djoko Damono.

Dari Konkret ke Abstrak
Pikiran akan lebih mudah menangkap sesuatu yang nyata sebelum memahami konsep yang bersifat abstrak. Oleh karena itu, pembelajaran harus dimulai dengan contoh-contoh konkret yang dekat dengan kehidupan peserta didik. Sebagai contoh, sebelum memahami konsep demokrasi secara teori, peserta didik bisa diajak untuk berdiskusi tentang pemilihan ketua kelas. Dari situ, mereka bisa melihat bagaimana asas demokrasi bekerja dalam kehidupan sehari-hari sehingga pemahaman mereka terhadap konsep abstrak menjadi lebih kuat. Dalam bahasa Indonesia saat mempelajari teks negosiasi, pendidik dapat memulai dengan contoh nyata yang dekat dengan kehidupan peserta didik, seperti percakapan antara seorang siswa dengan guru saat mengajukan perpanjangan waktu tugas. Dari situ, peserta didik diajak mengidentifikasi unsur-unsur negosiasi, seperti pihak yang bernegosiasi, tawaran, dan kesepakatan. Setelah memahami konsep konkret ini, mereka baru diajak menganalisis negosiasi dalam situasi yang lebih luas, seperti negosiasi dalam bisnis atau diplomasi negara, yang sifatnya lebih abstrak.

Dari LOTS ke HOTS
Dalam taksonomi Bloom, berpikir tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skills (LOTS), seperti mengingat dan memahami, menjadi dasar sebelum menuju berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS), seperti menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Peserta didik tidak bisa langsung diminta untuk berpikir kritis tanpa lebih dulu memahami dasar-dasar materi yang diberikan. Dengan membangun pemahaman bertahap, mereka akan mampu menyusun pemikiran yang lebih mendalam dan inovatif. Dalam bahasa Indonesia saat peserta didik akan menganalisis cerpen, peserta didik pertama-tama diminta untuk mengidentifikasi unsur intrinsik seperti tokoh, latar, dan alur (LOTS). Setelah itu, mereka mulai membandingkan berbagai cerpen dengan tema yang sama untuk melihat bagaimana sudut pandang atau konflik yang digunakan berbeda (HOTS). Pada tahap lebih tinggi, mereka bisa dipandu menulis cerpen sendiri dengan memodifikasi unsur-unsur yang telah dipelajari. Tahapan akhir ini, mereka benar-benar menerapkan pemikiran kreatif dan analitis dalam upaya mencipta.

Teman-teman, perjalanan dari surface learning ke deep learning bukanlah loncatan instan, tidak semudah merekahkan senyuman saat menatap pujaan hati, tidak juga sesederhana membelanjakan uang yang ada di dompet, melainkan sebuah proses yang memerlukan ketekunan dan pendampingan yang baik dari pendidik. Seperti membangun rumah, fondasi harus kuat agar bangunan di atasnya kokoh. Layaknya membangun rumah tangga, kekuatan cinta dan saling percaya harus kuat sebelum mengarungi mahligai. Dengan menerapkan prinsip ini dalam pembelajaran, peserta didik tidak dipaksa mendaki secara langsung, tetapi diajari dari dataran rendah, lembah, hingga menuju bukit.

Demikian

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun