Masalah mulai muncul ketika lebih banyak calon peserta didik yang tidak segera mengulang pendaftaran setelah pendaftaran pertama mereka ditolak. Panitia PPDB di sekolah mengambil kesimpulan, mungkin mereka tidak memantau laman pendaftaran atau tidak membuka menu statistik sehingga tidak mengetahui penolakan tersebut.Â
Inisiatif segera didiskusikan. Panitia PPDB di sekolah mengambil langkah untuk menghubungi mereka melalui telepon. Satu per satu calon peserta didik yang proses ajuan pendafatarannya ditolak, dihubungi oleh satuan tugas di sekolah. Benar saja, mereka memang tidak tahu. Langkah ini jitu dilakukan walau panitia harus menambah pengeluaran tambahan, beli pulsa.
Hari kedua dan ketiga, hal ini terus dilakukan. Satuan tugas PPDB di sekolah membalas ratusan pertanyaan yang masuk silih berganti. Menelepon calon peserta didik yang ajuannya ditolak. Membuat video petunjuk lalu dibagikan. Melayani seluruh pertanyaan mulai dari yang serius  hingga yang sederhana, misalnya, bagaimana cara mengubah ukuran file dan cara mereratakan nilai rapor.
Hari keempat dan terakhir pun tiba. Telepon seluler tidak lagi begitu sibuk. Pertanyaan yang masuk berkurang drastis. kesibukan tim satuan tugas berkurang. Â calon peserta didik mulai paham tata cara pendaftaran.Â
Hingga pengumuman secara daring dirilis, seluruh calon peserta didik telah melakukan proses pendaftaran dengan sistem daring penuh. Â Tidak ada kendala berarti. Â Semua ada jalan keluarnya. Pandemi Covid-19 telah menggiring kita untuk lebih cepat bergumul dengan sistem daring. Ini salah satu sisi positif yang akan kita ingat. Begitulah manusia, terkadang kreativitas muncul pada saat keadaan memaksa kita untuk berpikir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H