Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Oksimoron

21 April 2020   12:52 Diperbarui: 21 April 2020   13:05 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam komunikasi sehari-hari kita sering mendengarkan diksi yang diucapkan memiliki makna kontradiksi. Kontradiksi atau pertentangan antara dua hal tersebut menggelitik karena sering digunakan dan berterima dalam komunikasi sehari-hari padahal sebenarnya diksi itu kurang tepat. Misalnya saja ketika kita bertemu dengan keluarga atau teman. Mereka lalu mengatakan, "Engkau ini terlihat makin kecil." Atau kalimat yang lain, "Mengapa badanmu tambah kecil?" Dua kalimat sebagai contoh tersebut sering kita ucapkan dan dianggap sudah tepat. 

Padahal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata tambah atau menambah berarti   (1) yang dibubuhkan pada yang sudah ada supaya menjadi lebih banyak (lebih besar dan sebagainya); imbuh; tokok: sudah diberi banyak masih meminta -- (2) menjadi lebih banyak (besar dan sebagainya), (3) ditambah: dua -- satu sama dengan tiga. Sedangkan kata kecil dimaknai kurang besar (keadaannya dan sebagainya) daripada yang biasa; tidak besar: kursi -- itu dirancang untuk anak-anak usia sekitar lima tahun. Begitupun dengan kata makin. Kata tersebut bermakna kian bertambah. 

Lalu mengapa kita mengatakan kepada seseorang dengan menggunakan kata tambah atau makin lalu ditimpali dengan kata kecil yang notabene berlawanan arti/makna. Susah menjelaskannya. Terdapat kontradiksi dalam penggunaan diksi tersebut. Sekali lagi, ini selalu dianggap sesuatu yang lazim saja. Bagaimana mungkin orang yang membuat sesuatu lebih besar (makna pertama dalam KBBI) kemudian tiba-tiba hasilnya menjadi kecil. Aneh bukan?

Saya lalu mengutak atik buku di perpustakaan mini. Mencari referensi yang mungkin bisa menjelaskan. Saya baca daftar isi beberapa buku. Belum ada bayangan. Saat-saat seperti ini, google menjadi harapan besar. Segera kuraih android dan kuketik di laman pencarian. Ternyata ada bayangan. Laman google memang selalu menjadi juru selamat. Petunjuk pertama mengarahkan untuk membacanya dalam jenis-jenis majas. 

Saya membaca beberapa tulisan yang membahas ini. Akan tetapi, ada juga contoh yang saya anggap tidak berterima. Saya kutip saja beberapa contoh majas berikut:

  • Perpisahan antara anak dengan ayahnya, yang akan bekerja di luar negeri, diiringi isak tangis bahagia.
  • Dia telah mendedikasikan hidup matinya demi cita-cita.
  • Pahit manisnya kehidupan telah dirasakan beberapa kali.
  • Kue yang saya beli kemarin rasanya pahit manis. (bukan majas)

Tibalah saya pada bacaan yang menjelaskan istilah ini. Ternyata contoh-contoh di atas dalam istilah bahasa Indonesia disebut oksimoron. Banyak ahli bahasa yang memasukkannya sebagai salah satu jenis majas. Kembali mengutip makna kata tersebut dalam KBBI, kata oksimoron berjenis nomina yang dimaknai 'penempatan dua antonim dalam suatu hubungan sintaksis (dalam koordinasi atau subordinasi),'. Penjelasan dalam kamus tersebut disertai contoh "dia telah merasakan pahit manisnya kehidupan" dan "mereka selalu bersama dalam suka dan duka". 

Contoh yang tidak jauh beda dengan apa yang say abaca pada beberapa tulisan lain. Saya mencoba membuka beberapa tulisan yang membahas oksimoron. Ternyata, dari beberapa yang saya baca, Ternyata masih ada satu hal yang menarik. Membuka laman Wikipedia, kata oksimoron berasal dari bahasa Yunani: , oxus 'tajam'; , mros 'tumpul' . Artinya, wajarlah membingungkan dan sering salah penggunaan karena asal kata tersebut ternyata juga kotradiksi atau oksimoron. 

Lagi-lagi oksimoron.

Selamat menyeruput secangkir kopi dari rumah.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun