Hari ini sudah memasuki hari ke-23 proses pembelajaran dipindahkan ke rumah. Yuk, Bapak Ibu guru jujur dalam berdiskusi dan menginstrokpeksi diri. Mari kita berdiskusi apa saja yang telah kita lakukan.Â
Proses pembelajaran seperti apa yang telah terjalin antara peserta didik di rumah dengan pendidik juga di rumahnya. Atau jangan-jangan kita hanya memberikan keutungan terhadap berbagai aplikasi yang awalnya bertujuan membantu pembelajaran yang kita lakukan? Ini sekadar asumsi saja ya...jangan langsung marah. Atau memberikan keuntungan besar terhadap penyedia jasa jaringan internet di Indonesia.
Mengapa saya berasumsi seperti ini? Saya masih teringat hari ke-5 penerapan proses pembelajaran dipindahkan ke rumah (lalu diistilahkan lebih keren dengan belajar dari rumah) tanggapan-tanggapan, saran, kritikan, bahkan tak sedikit cemooh berlalu lalang di media elektronik, cetak, dan paling ramai di media sosial.Â
Bahkan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) harus turun tangan, menyampaikan pernyataan yang juga berujung polemik. Akan tetapi, bukankah dengan semuai itu meyakinkan kita semua bahwa ada proses yang terjadi di rumah peserta didik. Orang tua yang "stres" menghadapi tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepada anak mereka menandakan ada kegiatan pembelajaran yang berlangsung.Â
Postingan-postingan kawan-kawan di media sosial dalam bentuk gambar bagaimana mereka mendampingi anak-anaknya melakukan pembelajaran di rumah memberikan kebahagiaan tersendiri. Mereka telah rela meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga mengambil alih peran yang selama ini banyak dilakoni oleh pendidik di sekolah.
Hari berganti pekan. Pekan menghampiri sebulan. Tidak lagi kita temukan berita menyangkut pembelajaran di rumah. KPAI pun tidak lagi pernah muncul menyampaikan keluhan orang tua dan peserta didik. Berita-berita mengenai hal tersebut juga semakin minim. Postingan-postingan di media sosial bagaimana peserta didik belajar di rumah pun sudah semakin jarang. Dari hal tersebut ada beberapa kemungkinan;
- Proses pembelajaran di rumah berlangsung dengan baik. Orang tua yang awalnya agak kaget sudah mampu beradaptasi dan mendampingi anaknya dengan baik. Peserta didik sudah bisa mengikuti ritme pembelajran yang mungkin saja kebih banyak tugas dibandingkan penjelasan dan diskusi.
Kepala-kepala sekolah mungkin sudah memberikan pemahaman kepada pendidik bagaimana seharusnya mereka memperlakukan peserta didik dengan sistem belajar dari rumah ini. Pembelajaran secara daring tidak menoton pada pemberian tugas karena tugas utama kita adalah memastikan peserta didik tetap tinggal di rumah. - Jika yang terjadi sesuai dengan poin pertama di atas, kita bersyukur. Proses pembentukan dan penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) bisa berjalan dengan baik di tengah pandemi covid-19. Akan tetapi, apa jadinya jika yang terjadi malah sebaliknya. Orang tua tidak lagi mau ambil bagian dengan pembelajaran secara daring ini. Mereka beranggapan bahwa pembelajaran nanti dilanjutkan setelah covid-19 dan pemerintah memperbolehkan kita kembali beraktivitas di luar rumah. Kedua, bisa saja peserta didik ogah-ogahan dalam mengikuti proses pembelajaran. Toh, mereka melihat setiap pertemuaan ada-ada saja temannya yang tidak terlibat dan tidak mendapatkan sanksi apa-apa. Entah dengan berbagai alasan; persoalan jaringan, kuota yang tidak memadai (pernah juga menjadi polemik) , atau bahkan alasan sepele, dia lupa bahwa ada jadwal pembelajaran.
- Paling parah jika pihak yang menghentikan proses belajar dari rumah dilakukan oleh pendidik. Pendidik (mungkin) merasa proses pembelajaran dengan cara seperti ini kurang maksimal. Mungkin iya, tetapi kita harus paham bahwa situasi saat ini memaksa kita untuk melakukan sesuatu yang kurang maksimal. Bukankah lebih baik kurang maksimal daripada tidak ada sama sekali? Pendidik harus lihai membangkitkan semangat peserta didik. Dengan melakukan proses pembelajaran ini, minimal kita membantu pemerintah untuk tetap memastikan peserta didik tinggal di rumah dan tidak ke mana-mana. Secara pribadi, pembelajaran di rumah juga menjadikan pendidik berpikir kreatif dan mencari metode serta pola-pola pembelajaran yang efektif dilakukan secara daring.
Mari, tulisan ini hanya bentuk introspeksi diri kepada pribadi saya  sebagai pendidik, saling menyemangati anatar kita, dan memastikan bahwa upaya menjaga nalar dan proses belajar sepanjang hayat bagi generasi bangsa tetap berjalan dengan baik. Terserah bagaimana caranya, bagaimna prosesnya, dan apa materinya. Yang jelas, proses itu tetap berjalan. Paling tidak kita cukup menanyakan kabar peserta didik di setiap jadwal mengajar kita di sekolah pada jam normal.
Mari menyeruput kopi dari rumah sambil menyapa peserta didik kita masing-masing.
#belajardarirumah
#tetapberdayadirumah