Mohon tunggu...
Suparmin
Suparmin Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik Tingkat SMA di Kabupaten Gowa, Sulsel

Tebarkanlah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gerakan 50 Ribu Rupiah dari ASN untuk Tangani Covid-19

6 April 2020   22:59 Diperbarui: 6 April 2020   22:58 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Covid-19 telah memorak-porandakan seluruh rencana di negeri ini. Baik rencana yang telah disusun oleh pemerintah maupun rencana yang disusun oleh individu. Perekonomian yang telah dirumuskan matang-matang mengalami jalan buntu. Pembangunan yang telah disepakati harus dikaji ulang. Rencana pemindahan ibu kota negara yang desainnya telah diumumkan ke publik pun hingga kini semakin tidak jelas. Khusus di bidang pendidikan, beberapa kebijakan yang telah dirancang harus dirombak. Ujian Nasional Berbasis Komputer dan Berbasis Pensil-Kertas malah telah digagalkan.

Ketika tulisan ini saya ketik, sudah memasuki hari ke-20 saya sebagai pendidik harus bekerja dan mengajar dari rumah. Sudah beberapa kali pemerintah daerah (Dinas Pendidikan) mengeluarkan surat edaran perpanjangan masa belajar dari rumah. Kegiatan ini pun tidak dapat dilaksanakan secara menyeluruh. Betapa banyaknya peserta didik yang menjadikan belajar di rumah ini sebagai masa libur panjang.

Negara "terseok" menangani covid-19. Anggaran yang digelontorkan pun sudah bukan lagi hitungan kecil. Melalui Perppu, Presiden Jokowi mengumumkan tambahan anggaran penanganan Virus Corona Rp 405,1 triliun.

Dengan rincian, sebesar Rp 75 triliun untuk bidang kesehatan, Rp 110 triliun untuk social safety net atau jaring pengaman sosial. Kemudian Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus KUR. Serta Rp 150 triliun dialokasikan untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional. (Sumber: liputan6.com, 1 April 2020).

Selain negara, beberapa instansi swasta (media, komunitas, asosiasi, dan lembaga-lembaga lain) juga turut menggalang dana dan menyalurkan dana dengan berbagai program dalam menangani covid-19 tersebut. Akan tetapi, saya belum menemukan asosiasi pendidikan yang menggalang dana untuk membantu negara dan masyarakat dalam mengurangi beban akibat pandemi yang terus mewabah.

Tulisan ini sekadar mengusulkan. Kami tak mampu berbuat banyak. Kami disarankan tetap di rumah dan mengajar dari rumah. Hati terus berdoa, semoga wabah ini cepat tertangani dan Indonesia kembali tersenyum seperti sedia kala. Gerakan dari Aparatur Sipil Negara mesti dihadirkan. Gerakan dari ASN khususnya Pegawai Negeri Sipil harus dihadirkan secara terstruktur.

Bagaimana bentuknya?

Aparatur Sipil Negara yang berstatus Pegawai Negeri Sipil dapat melakukan gerakan sedekah 50 ribu rupiah. Dana yang terkumpul bisa dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau bekerja sama dengan lembaga tertentu yang sudah lebih dulu bergerak dalam membantu pemerintah menangani covid-19 ini.

Dari data yang saya kutip di laman BKN, jumlah ASN (Pegawai Negeri Sipil) per Desember 2019 berjumlah 4.189.121 orang. Jika semuanya terpanggil dan sepakat untuk melakukan gerakan 50 ribu rupiah dan dikelola secara profesional, maka bisa mengumpulkan dana sebanyak 209.456.050.000 rupiah.

Jumlah yang tidak sedikit. Ini jika 50 ribu rupiah. Akan tetapi, saya yakin, ada beberapa ASN yang ikhlas memberikan sedekah lebih dari jumlah tersebut jika program ini dikelola dengan baik.

Dananya untuk Apa?

Betapa banyaknya kita baca di media, tenaga kesehatan/medis yang menangani pasien covid-19 tanpa alat pengaman diri yang memadai. Kita baca di media, begitu banyak saudara-saudara kita yang terpaksa tinggal di rumah tanpa kepastian kebutuhan sehari-hari. Perusahaan-perusahaan tempat mereka bekerja harus tutup sementara.

Mereka tidak punya pekerjaan yang bisa menghasilkan dan membuat dapur tetap berasap. Kita menyaksikan, begitu banyaknya pekerja informal yang susah melanjutkan usahanya. Tetap beroperasi, pelanggan/pembeli minim, ditutup, tidak ada sumber penghasilan yang lain. Inilah salah satu alasan mengapa pembatasan wilayah (lockdown) secara total tidak menjadi opsi terbaik di Indonesia.

Di sinilah rasa kemanusiaan kita diuji. Di sinilah pangkat, jabatan (sebagai ASN) mendapat tantangan. Di sinilah kebermanfaatan kita sebagai abdi negara harus dibuktikan. Mari bekerja sama membantu pemerintah melewati jalan terjal ini untuk kembali menapak jalan mulus demi Indonesia yang kita cintai.

Semoga gerakan ini bisa diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (bidang dengan jumlah ASN terbanyak/69,94%) atau Badan Kepegawaian Negara.

Jika tidak, semoga bisa diinisiasi oleh BKN Provinsi masing-masing atau Dinas Pendidikan Provinsi. Atau yang lebih kecil, yakni Badan Kepegawaian Daerah (BKD) atau Dinas Pendidikan Kabupaten. Pun jika tidak, paling kecil secara pribadi, marilah bersedekah terhadap orang yang kita kenal, tetangga, atau siapa saja yang sedang terpaksa tinggal di  rumah dan tetap berharap piring bisa kotor setiap hari.

#tetapdirumah

#mariberbuat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun