Lewat angin aku bertutur kata, tentang rasa yang tak tersampaikan. Bahwa aku ingin bersamamu, melempar pandang di bawah pohon yang daunnya berguguran. Mungkin dari daun yang menunaikan tugasnya itu kamu telah menyelipkan sepatah-dua patah kalimat, yang isinya begini:
Aku menyayangimu
Lebih dari naluri burung walet melindungi telurnya
Aku berhutang padamu
Rasa sayang yang tak bisa dikikis oleh apapun
Sesederhana itu.
Namun nyatanya, melemparnya ke telingaku sulit. Aku bisa membacanya, dari sorot matamu yang sudah menjelaskan semuanya; ternyata, ada yang lebih sederhana daripada satu bait singkat itu.
Aku sudah mengerti. Sekiranya, saatnya kamu untuk menerka apa isi jiwaku, berapa yang kusisihkan untukmu. Setelah kamu cari tahu, ternyata aku hanya menyisihkan jiwaku hanya untuk makan dan mengingatkanku sendiri untuk tidur. Sisanya? Kamu sendiri yang tahu.
Aku tahu ini salah
Salah selalu di pihakku
Karena yang benar hanya ada di telapak Tuhan