Mohon tunggu...
M Ammar Mahardika
M Ammar Mahardika Mohon Tunggu... Insinyur - Service Engineer PT ALTRAK 1978

Lahir di Jakarta 16 Agustus 1996, suka menulis. Akhir-akhir ini membuat prosa seperti puisi atau cerpen. Salam kenal! :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Resensi Film: Source Code

22 Mei 2011   13:43 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 20417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernahkah Anda membayangkan jika Anda telah meninggal? Apakah Anda benar-benar “meninggalkan” dunia ini? Ternyata, orang yang telah meninggal tetap menunjukkan aktivitas, walau tidak signifikan. Source Code adalah film yang menceritakan tentang “permainan otak” ini.

Kisah dimulai dari terbangunnya Sean Fentress (Jake Gyllenhaal), guru dari Chicago, dari tidurnya di kereta tujuan Chicago. Di depannya duduklah Christina (Michelle Monaghan), temannya karibnya. Namun, dia tidak mengetahui apa-apa; linglung, mencari jati dirinya yang dia rasa bukanlah Sean. Bingung, dia ke kamar mandi dan menemukan dirinya memang bukan Sean. Christina, yang tak mengerti melihat tingkah laku Sean, bertanya kepada Sean. Belum sempat menjelaskan kebingungannya, kereta itu meledak di stasiun Union, Chicago.

Colter Stevens (Jake Gyllenhaal), nama sang “pemilik jiwa”, terlempar lagi, kali ini terlihat dirinya “terperangkap” di kapsul. Ia mendengar komando, menengok ke layar yang menampilkan Kapten Goodwin (Vera Farmiga), pemberi komando. Ia tambah bingung. Belum terjawab lagi kebingungannya, jiwa Colter berpindah ke tubuh Sean di kereta.

Begitulah seterusnya. Colter tidak mengerti mengapa jiwanya dioper-oper oleh Goodwin. Akhirnya dijelaskan bahwa ia berada di dalam misi menyelamatkan kereta yang ditumpanginya dari bom, yang jika meledak akan memicu bom-bom lainnya bukan hanya di Chicago, tapi seluruh Amerika Serikat, dengan cara menemukan lokasi bom dan pengebom. Namun jawaban itu belum memuaskan Colter.

Colter mulai mengerti maksud dari misi, namun belum bekerja maksimal. Lambat laun, lokasi bom ditemukan. Tapi, Colter belum menemukan jawaban utuh dari pertanyaannya: apakah dia hidup? Atau sudah mati?

Dr. Routledge menjelaskan Colter—seorang tentara—bahwa dia sudah meninggal akibat perang saat bertugas di Afghanistan, namun sebagian sirkuit otaknya masih menyala. Nah, sebagian sirkuit yang menyala itulah yang dimanfaatkan dr. Routledge untuk mengaktifkan jiwanya. Situasi ini disebut source code. Mengapa Colter? Karena dia lah yang mempunyai kemiripan paling tinggi dengan salah satu penumpang di kereta, Sean. Waktu untuk setiap source code adalah 8 menit. Lebih dari itu, Colter kembali ke bayangannya. Yang dilihat Colter juga bukan jasadnya yang utuh, melainkan ilusi yang dia buat.

Colter ternyata dipekerjakan oleh Angkatan Udara Nellis AS. Ternyata, misi itu bukan hanya berarti bagi orang banyak, tapi bagi dirinya sendiri. Ia jatuh cinta kepada Christina, maka ia mengajukan klausul bahwa jika selesai, ia boleh menyelesaikan urusan ini dengan source code.

Colter, yang berbadan Sean, akhirnya menemukan sang teroris, Derek Frost, setelah menggeledah banyak orang. Ia belum puas. Ia ingin menyelesaikan urusan pribadinya, seperti menyatakan cinta pada Christina dan meminta maaf kepada bapaknya, Donald Stevens. Dan akhirnya Colter menjadi pasangan Christina.

Film ini menunjukkan bahwa film bertemakan mind-tricking mulai menjamur di industri Hollywood—sebelumnya sudah ada Avatar dan Inception. Memindahkan jiwa semudah memudahkan barang, dengan kepentingan tertentu juga. Namun, terkadang manusia juga punya titik jenuh, di mana mereka pasti ingin menuntut hak setelah melakukan kewajiban berat.

Jadi, masih ragu bahwa kita benar-benar mati saat meninggal? Cobalah nonton film Source Code!

[caption id="attachment_109622" align="alignnone" width="300" caption="Akting Jake Gyllenhaal dan Michelle Monaghan di Source Code. "][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun