Agromaritim 4. 0 adalah sebuah konsep inovatif yang diperkenalkan oleh Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Arif Satria, sebagai jawaban terhadap tantangan dan peluang yang muncul di era industri 4.0. Konsep ini bertujuan untuk mengintegrasikan sektor pertanian dan kelautan dalam suatu sistem holistik, memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Pernyataan ini mencerminkan betapa pentingnya kedua sektor tersebut bagi perekonomian nasional, di mana sektor pertanian menyumbang sekitar 13,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2023. Angka ini menunjukkan peranan vital sektor pertanian dalam menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari 30% populasi yang terlibat dalam sektor tersebut.
Selain itu, pemerintah juga telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp139,4 triliun untuk memperkuat ketahanan pangan menjelang tahun 2025, dengan fokus pada peningkatan produktivitas serta infrastruktur pertanian. Di sisi lain, sektor kelautan Indonesia, yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, berkontribusi sekitar 2,5% terhadap PDB nasional. Dalam konteks perekonomian secara keseluruhan, Agromaritim 4.0 diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan, memperkuat ekonomi lokal, dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan.
Konsep Agromaritim 4.0 menggabungkan dua sektor penting yaitu agrikultur dan maritim yang dikelola secara terpadu dengan pendekatan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia, yang diketahui memiliki iklim tropis dan wilayah laut yang luas, sekitar 3. 257. 357 km. Oleh karena itu, integrasi antara sumber daya alam baik wilayah daratan dan lautan, serta melibatkan sistem sosial, ekonomi, dan ekologi yang kompleks, menjadi sangat penting. Tujuan utamanya adalah agar sumber daya alam dari kedua sektor tersebut dapat dikelola dengan baik dan dapat memberikan manfaat maksimal bagi negara.
Pendekatan transdisiplin juga sangat berarti dalam konsep ini, menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Melalui kolaborasi ini, kepercayaan masyarakat dapat terbangun, sehingga mereka merasa terlibat dalam perancangan kebijakan negara. Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat mendorong partisipasi aktif dari individu lain, khususnya di sektor pertanian dan kelautan, untuk berkontribusi pada perekonomian Indonesia. Semua ini bertujuan mencapai cita-cita bersama, yakni "Indonesia Emas 2045".
Dalam era globalisasi saat ini, peran Agromaritim 4.0 menjadi sangat penting untuk menghadapi berbagai tantangan perekonomian dunia yang semakin kompleks. Salah satu peran utamanya adalah memanfaatkan potensi besar Indonesia sebagai negara agraris dan maritim, yang dapat secara signifikan meningkatkan produksi pangan nasional. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, namun untuk mengoptimalkannya, dibutuhkan sumber daya yang berkualitas serta penerapan teknologi modern dalam pertanian dan perikanan. Ini akan membantu memenuhi kebutuhan pangan nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Sebagai referensi, kita bisa melihat pengelolaan sektor pertanian di Thailand, yang telah menerapkan teknologi Sloping Agriculture Land Technology (SALT) untuk meningkatkan hasil panen di lahan miring sembari mencegah erosi tanah. Oleh karena itu, penerapan teknologi serupa di Indonesia sangat diperlukan agar sektor agromaritim dapat memberikan keuntungan yang tinggi, bermanfaat bagi masyarakat, dan dikelola untuk kepentingan rakyat.
Selain itu, keberlanjutan sektor agromaritim perlu dikaji dengan pendekatan berkelanjutan. Agromaritim 4.0 tidak hanya berkontribusi pada peningkatan produksi, tetapi juga pada pelestarian lingkungan hidup. Pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana akan menjaga keseimbangan ekosistem dan memastikan bahwa generasi mendatang juga dapat menikmati kekayaan alam yang ada.
Mengamati potensi besar yang dimiliki oleh sektor agromaritim, kita juga tidak dapat mengabaikan berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia agar sektor ini dapat beroperasi dengan baik dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Salah satu tantangan utama adalah kerentanan terhadap perubahan iklim yang dapat memengaruhi produktivitas. Selain itu, masih banyak petani dan nelayan yang kesulitan mengakses pembiayaan untuk meningkatkan usaha mereka, sementara keterbatasan infrastruktur juga menjadi hambatan dalam distribusi produk pertanian dan perikanan mereka.
Seiring dengan peluang besar yang ada, tantangan seperti perubahan iklim yang cepat akibat globalisasi dan terbatasnya infrastruktur dan biaya yang harus diatasi. Oleh karena itu, dibutuhkan visi dan misi yang jelas dari pemerintah, dengan melibatkan masyarakat, terutama petani dan nelayan, agar kita dapat menjadi bangsa yang mandiri dalam pemenuhan kebutuhan pangan.
Referensi: