“Kebaikan akan tetap ada selama diantara kalian ada orang yang pernah melihatku dan para sahabatku, dan orang yang pernah melihat para sahabatku (tabi’in) dan orang yang pernah melihat orang yang melihat sahabatku (tabi’ut tabi’in)”
Dakwah yang kita perjuangkan melalui kontestasi pilpres, pileg, pilgub, pilbup, pilwalkot merupakan wasilah yang kita jalani sebagai estafeta perjuangan dari zaman ke zaman, dari umat ke umat dan dari generasi ke genarasi. Tentunya kita butuh acuan, sebagai cermin dan motifasi dalam perjuangan.
Hal mendasar yang menjadi dapur dalam setiap perjuangan adalah pembinaan. Para sahabat begitu antusias dalam setiap mejlis mejlis Rasulullah Saw. Setiap mereka mendapatkan ilmu dari Rasulullah Saw mereka segera menyampaikannya kepada para sahabat yang lain. Hari ini kita mengenalnya dengan sanad hadits.
Hari ini kita berada dizaman dimana nilai perjuangannya sama, namun medannya berbeda. Kita berjuang melalui wasilah demokrasi (berpartai) demi memenangkan orang - orang pilihan yang kita usung, agar mereka berjuang, bertarung adu argumentasi, adu gagasan sehingga melahirkan undang -undang, perda- perda, keputusan kepetusan dan kebijakan kebijakan yang merupakan penjabaran dari pesan pesan Allah dan RasulNya yang tertuang dalam platform partai. Oleh karena itu menjadikan para sahabat sebagai teladan dalam beriman, mencintai Allah dan RasulNya, yang membenarkan, yang menolong Allah dan RasulNya adalah sebuah keniscayaan untuk menggapai pertolongan dan Ridho Allah dan RasulNya
Semoga kita termasuk kaum yang dirindukan oleh Rasul Saw sebagaimana gumamannya:
Dari Auf bin Malik berkata, Rasulullah Saw bersabda, suatu hari Rasulullah Saw bergumam, duhai sungguh aku rindu bertemu dengan ikhwanku. Abu Bakar dan Umar berkata, kamikah mereka itu ya Rasulullah? Kami telah beriman kepadamu, kami juga ikut hijrah bersamamu? Rasul Saw bersabda, bukan, kalian sahabatku akan tetapi saudaraku adalah orang yang dating setelah kalian. Mereka beriman kepaadaku, mencintaiku, menolongku dan membenarkan sebagaimana kalian. Padahal mereka tidak bertemu denganku. Duhai sungguh aku rindu bertemu dengan saudaraku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H