Tulisan ini, aku dedikasikan untuk seluruh Bapak, Ayah, Papa, Abi ... siapapun kalian memanggilnya.
Pak, sudah lima puluh usia ... Bapak menemani perjalanan Ara hingga dewasa.
Gerbang yang ayah tunjukkan tujuh belas tahun lalu, saat Ara pertama kali lahir di dunia, selalu menjadi teka-teki untuk Ara dalam mewujudkannya.
Pak ... barangkali menjadi remaja adalah keinginan yang pernah Ara ceritakan, namun proses setelahnya untuk menjadi dewasa adalah tantangan.
Ara merasa gagal, Pak ... Ara ingin menyerah ...
Tapi saat Ara melihat bingkai foto itu, wajah meneduhkan yang penuh dengan motivasi menggerakkan kembali tekad Ara.
Rupanya, ada seseorang yang menjadi alasan untuk Ara agar bisa terus berjuang. Membuka gerbang kehidupan selanjutnya.
Bapak yang selalu menekankan kemandirian, ketulusan, dan yang penting kesabaran ... bekal-bekal inilah yang akan menatih Ara ketika terseok dan terluka.
Dunia memang jahat dan tak abadi, kata Bapak suatu waktu. Dan tugas kita, adalah menebar kebaikan untuk mempersiapkan kehidupan setelahnya.
Bapak yang penuh dengan syair-syair indah nan baik, terima kasih karena sudah menganggap Ara sebagai putri yang hebat dan kuat. Meskipun pada nyatanya, Ara tidak selalu seperti yang Bapak kira....
