Namanya Aqila. Umurnya sembilan tahun. Kemarin aku ketemu dia di Panti Al-Fatihah. Dia anak yang paling antusias waktu aku datang ke sana, dia langsung menyapa "mbak yang berkerudung" dengan senyum yang merekah. Aku banyak ngobrol sama dia, tentang kesenangannya, hobinya, teman-teman yang setia dan bisa menerimanya, dan yang paling penting tentang mimpinya.
Bertemu sama Aqila membuat aku sadar, kalau Allah membagi rata dan adil dalam hal kebahagiaan dan ujian.
Setelah aku main sama Aqila dan anak-anak yang lain, aku menemui ibu panti. Menanyakan perihal Aqila. Katanya...tiga tahun yang lalu, Aqila dibawa oleh seorang perawat rumah sakit.
Perawat itu memberikan keterangan, bahwa Aqila dilarikan ke rumah sakit bersama kedua orang tuanya karena kecelakaan mobil. Ayah dan ibunya meninggal di tempat, sedangkan Aqila masih bisa diselamatkan karena dipeluk erat oleh ibunya. Tetapi saat diperiksa lebih dalam, dokter menemukan sesuatu yang aneh dari Aqila.
Usianya yang sudah enam tahun saat itu, seusia anak sd kelas satu, tapi dia belum bisa berbicara dengan lancar, apalagi membaca dan menulis. Dokter mencoba mencari keterangan dari keluarga atau orang terdekat, tapi entah, tidak ditemukan. Akhirnya dokter menelusuri gejala Aqila tanpa persetujuan pihak manapun.
Dan ternyata.....Alzheimer. Aqila mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tidak memiliki obat, dan tidak ada terapi.
Saat perawat rumah sakit itu datang ke ibu panti, dia menjelaskan penyakit Aqila dengan ragu. Takut jika ibu panti akan menolak Aqila bersama penyakitnya.
Sebab sudah banyak kehendak-Nya yang menyatakan jika penyakit Alzheimer sama dengan menunggu kematian. Namun karena kerendahan hatinya, ibu panti dengan ringan tangan menerima Aqila.
Saat pihak rumah sakit sudah tidak lagi kuasa menangani Aqila, dan Aqila terus menggambar pada kertas yang berisikan anak-anak kecil yang bermain bersamanya.
Akhirnya Aqila dipindahkan ke Panti Al-Fatihah oleh pihak rumah sakit. Dengan perjanjian, pihak rumah sakit akan menanggung seluruh biaya Aqila selama dia mengeluh sakit ataupun saat meninggal nanti.
Tapi, kata ibu panti, Aqila tidak pernah mau di bawa ke rumah sakit sekalipun gejalanya kambuh luar biasa. Aqila menangis dan mengerang kesakitan, tapi dengan kuat dan tabahnya hanya ingin didekap oleh ibu panti sambil dibacakan surat Al-Kautsar.