Mohon tunggu...
Abdul Rahman Dg. Taba
Abdul Rahman Dg. Taba Mohon Tunggu... -

Guru di Yayasan Pendidikan Sorowako, Luwu Timur.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Doa Panjang Ibuku

21 Agustus 2014   17:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:58 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tinggalkan kampung halamanku seusai menyelesaikan sekolah di SMA Negeri 1 Takalar sekira tahun 1994 dan melanjutkan pencarian jatidiri di sebuah perguruan tinggi di Makassar. Meniti jalan berdebu setiap harinya dari Mallengkeri ke kampus hingga semester 2.

Babak baru kehidupanku dimulai di semester 3, ketika aku memutuskan secara sepihak tinggal di kampus dimana sebelumnya aku menumpang di rumah keluarga. Sibuk kuliah, aktif berorganisasi, dan menjalani aktivitas sebagai asisten dosen di beberapa mata kuliah. Aku mulai mengenal teman-teman yang aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan, BEM, dan SCMM FMIPA dengan latar belakang budaya dan kepribadian yang beragam.

Aku berusaha beradaptasi dan memahami banyak karakter baik mahasiswa maupun dosen. Dalam interaksi keseharian inilah, nampaknya aku mulai minder. Tidak yakin akan dapat menyelesaikan kuliah. Ada gejolak di dalam diri untuk berhenti dari kuliah. Aku selalu membandingkan diriku dengan orang lain. Aku dari keluarga yang tidak mampu. Jangankan untuk makan 3 kali sehari dengan lauk alakadarnya untuk makan 1 kali sehari saja susahnya minta ampun. Adakalanya ketika pulang kampung biaya hidup yang bisa diberikan orang tuaku hanya bertahan paling lama 1 minggu. Bukan karena aku berfoya-foya tetapi memang itulah kemampuan terbaik yang dapat diusahakan oleh orang tuaku. Masih kuingat ketika ibu harus meminjam uang ke sana kemari untuk membayar SPP yang kala itu nominalnya Rp. 131.250-,

Aku biasa menangis tetapi selalu kukunci dalam hati demi melihat perjuangan ibuku. Ibuku sakit-sakitan sejak aku SMA hingga kini namun ia selalu berusaha membiayaiku. Ibuku dan adik-adikku biasa ditinggal Ayah hingga larut malam untuk berdagang ditemani oleh sepeda ontelnya. Sepeda itu pulalah yang menemani selama enam tahun bersekolah di SMP dan SMA. Pancaran kasih sayang yang tulus dari wajah ibuku inilah yang membuat aku tidak dapat mengutarakan keinginan untuk berhenti kuliah dihadapan Dosen Penasehat Akademikku. Demi melihat pengorbanan orang tuaku inilah yang membuat aku tetap kuat. Ketika aku sakit DBD-pun di kampus, semua temanku saya pesan agar tidak menyampaikan perihal sakitku kepada orang tuaku. Aku tidak sanggup melihat wajah ibuku bersedih karena melihat anak pertamanya ini sakit.

Hingga masa kuliah berakhir aku masih tetap mengabdi di jurusan selama 2 tahun. Aku masih dilema menyadari bahwa melamar PNS pun ternyata masih membutuhkan uang jutaan. Temanku yang sudah duluan meninggalkan kampus karena diterima PNS di kampungnya mengatakan bahwa untuk bisa selesai prajabatan harus mengeluarkan puluhan juta. Disamping dukungan keuangan tidak ada, idealisme tentang pentingnya nilai-nilai kejujuran dimiliki oleh penyelenggara pemerintahan yang kuat akhirnya aku tidak memilih menjadi PNS.

Akhirnya di bulan September 2001, Allah menunjukkan jalan kepadaku dengan mengikuti seleksi di Yayasan Pendidikan Sorowako. Dari sekian puluh pelamar yang mengikuti seleksi, Sultan, S.Pd dan saya saat itu diterima sebagai guru yayasan dan ditempatkan di SMP YPS Singkole yang sekarang bernama SMP YPS Sorowako.

Menjadi guru di sekolah yang dibiayai sepenuhnya oleh perusahaan tambang internasional (PT Inco, Tbk sekarang PT Vale) merupakan jawaban dari doa panjang ibuku sejak aku masih dalam kandungan. Ibuku selalu mengatakan bahwa ia selalu mendoakanku menjadi orang yang sukses di masa depan.

“Bunda, semoga Aku anakmu dapat membuatmu tersenyum dan bangga”


“Tulisan ini adalah tugas Diklat Online PPPPTK Matematika”

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun